Bu dokter seperti berpikir keras. Pilihannya ada dua dan masing-masing memiliki potensi resiko bagi si bayi dan si ibu. Kedua pilihan itu adalah: operasi caesar yakni pembedahan untuk mengeluarkan bayi dan ventouse yaitu penggunaan instrument vakum untuk menarik atau menyedut kepala bayi keluar. Dua pilihan yang mesti dijalani karena si bayi terlilit tali pusar. Dua pilihan untuk segera mengakhiri sakit yang dirasakan si ibu sehari semalam.
Pada akhirnya bu dokter memutuskan menggunakan vakum. Alhamdulillah si bayi berhasil dikeluarkan namun tidak terdengar suara tangis. Suster kemudian berseru pelan sambil menyentuhkan tangannya ke tubuh mungil tersebut: menangis! Bayi perempuan itu pun menangis.
Sesaat kemudian bayi seberat 2,9 kilogram dengan panjang 49 sentimeter berpindah dalam dekapan saya. Sambil melantunkan adzan dan iqamat saya terus memperhatikan benjolan di kepalanya akibat sedutan vakum tadi. Bidan menangkap kecemasan saya. Dia lalu menenangkan saya bahwa benjolan tersebut akan diurutnya hingga mengempis.
Saya sungguh bersuka cita di Kamis (14/7/2005) malam itu. Saya tunaikan dua rakaat penanda rasa syukur. Penantian telah berjawab. Kecemasan telah berujung. Menunggui kelahiran anak pertama memang berjuta rasanya. Si pertama yang kami sematkan nama Amira. Ada harapan dari kami atas nama tersebut sebagaimana arti Amira yakni: leader! Memimpin dan membuka jalan adik-adiknya kelak. Pun, semoga suatu waktu dia menjadi pembuka jalan kemajuan dan kebaikan kehidupan banyak orang.
Amira tumbuh dengan sempurna. Air Susu Ibu (ASI) dilahapnya hingga usia 2 tahun. Selama kurung waktu tersebut tidak sekali pun dia menyentuh susu formula. Dia begitu anti susu formula. Sekali waktu pernah disodori sebotol susu formula dan ditolaknya. Maka tercatat dalam sejarah hidupnya: Amira tidak pernah menggunakan dot!
Konsisten dengan ASI berbuah manjur untuk daya tahan tubuhnya kini. Alhamdulillah, Amira termasuk jarang sakit. Misalnya, pada cuaca dingin ketika seisi rumah sudah terserang flu dia survive sendirian. Ya…Amira telah menyemai hasil dari investasi ASI ke tubuhnya saat masih bayi-batita.
Amira kecil, dan hingga kini, adalah anak perempuan yang pemalu dan pendiam jika berada di luar rumah. Tetapi tidak demikian jika dia berada dalam lingkaran keluarga. Di rumah Amira tergolong anak yang banyak bicara. Setiap hal baru yang ditemuinya di luar: di sekolah, di tempat kawan bermainnya, dan di tempat mengaji selalu menjadi bahan obrolan menjelang tidur.
14 Juli 2005 ke 14 Juli 2015 telah berjarak 10 tahun. Amira telah mewarnai kehidupan kami selama satu dekade. Dia telah membukakan ribuan jalan bagi kehidupan kami, kehidupan orangtua-nya. Dia telah memimpin kami menapaki sekian rupa kehidupan. Bahagia. Sedih. Tawa. Tangis. Wajahnya yang tenang mendamaikan kami. Matanya yang teduh adalah telaga kehidupan kami. Berbahagialah selalu, Nak! #Amira Fatiha Ahmad
Brunswick, 14 Juli 2015
Amira is an indirect Quranic name for girls that means “leader”, “commander”, “chief”. It is derived from the A-M-R root (to command) which is used in many places in the Quran. (http://quranicnames.com)
No comments:
Post a Comment