29 April 2018. Hari ini Makassar cerah berhias awan yang
terlihat sangat putih. Mestinya saya berada di sisi kamu seperti yang saya
inginkan. Tetapi saya tidak kuasa mewujudkannya. Sangat besar keinginan hati
ini merapikan batu-batu yang mengelilingi gundukan tanah keringmu. Juga
membersihkan daun-daun bambu dan ranting kecil kering yang berjatuhan dan
berserakan di atas tanah itu.
Biasanya saya akan sangat menikmati berduaan denganmu di
keheningan. Dalam pertemuan dengan bahasa dan gerik kita masing-masing yang sudah
berbeda. Meski demikian, rasa kita sama yakni merindukan pertemuan. Daun-daun
kering dari rumpu bambu yang menutupi tanahmu menyerupai selimut, tentu itu akan sangat menghangatkan di dingin
malam. Sementara rindang rumpun bambu akan menjagamu dari terik matahari.
Sejak beberapa pekan lalu saya merencanakan untuk
mengunjungimu di hari ini. Saya akan
datang untuk merangkul kamu. Saya akan menimang-nimang kamu. Saya akan duduk
persis di samping kamu lalu menceritakan segala kehebatan rindu yang saya
pendam kepada kamu. Ternyata saya tidak datang dan itu membuat saya sangat
sedih.
29 April 2018. Hari ini Makassar cerah berhias awan yang
terlihat sangat putih. Saya tidak memilih berada dalam keramaian dan menampik
kesunyian bersama kamu. Walaupun ada banyak gelak tawa, senda gurau, dan
percakapan-percakapan yang terdengar riuh. Adakalanya saya mengambil jeda dari
keramaian itu karena dirimu tiba-tiba berkelabat dalam ingatan saya.
Tentang ingatan saya ini kepada kamu, sungguh tidak akan
sirna. Ia mewujud api abadi yang selamanya menyala. Apinya sedang tidak akan
membesar apalagi membakar. Apinya sedang tidak akan pernah mengecil apalagi
padam.
Jadi kalau saya berada di keriuhan banyak orang hari ini,
percayalah itu tidak mengisi dan menutupi sebuah lubang besar di hati saya. Lubang
itu masih terbuka. Saya merasakan lubang itu memiliki pusaran sebagaimana
pusaran air. Ia sesekali menyeret saya dalam sedih yang berlarut meski tidak
sampai menenggelamkan saya dalam kedalaman duka.
29 April 2018. Hari ini Makassar cerah berhias awan yang
terlihat sangat putih. Ada ingatan pada putih lantai yang mengelilingi Ka’bah.
Lantai tempat saya duduk tepekur dalam permohonan agar kelak bertemu dirimu
kembali. Tidak jauh dari bekas tapak kaki atau makam Nabi Ibrahim a.s. yang
diabadikan itu, beberapa meter di belakangnya, seusai thawaf perpisahan, saya
merapal doa-doa pengharapan semoga pertemuan kita kelak akan lebih syahdu, Nak….
Makassar, 29 April 2018
No comments:
Post a Comment