Nurdin Abdullah adalah Bupati Kabupaten Bantaeng, Sulawesi
Selatan. Saat ini dia menjalankan tahun keempat periode kedua masa jabatannya di
kabupaten seluas 395,83 kilometer persegi tersebut.
Pada pemilu kada yang berlangsung April 2013 lalu, Nurdin
Abdullah yang berpasangan dengan M. Yasin berhasil meraup suara 83,24 persen. Raihan suara tersebut
menempatkan Nurdin-Yasin sebagai pasangan peraih suara terbesar kelima dalam
sejarah pemilu kada di Indonesia.
Empat teratas adalah Makmun Ibnu Fuad di Bangkalan (93 persen),
Joko Widodo di Solo (90 persen), Ahmadi di Mojokerto (87 persen), dan I Gede
Winase di Jembrana (87 persen).
Awal 2011 lalu, saya sempat bertemu guru besar Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) tersebut dan berbincang agak lama. Di
sela perbincangan, Nurdin Abdullah mengatakan, “Jika ingin disukai masyarakat
pasanglah ‘baliho’ di hati masyarakat!” Sebuah ungkapan yang menurut saya
seharusnya bisa menjadi pegangan para pejabat yang lebih gemar memasang baliho
di jalan-jalan.
Nurdin banyak memaparkan visi Bantaeng sebagai “Wilayah
Terkemuka Berbasis Desa Mandiri”. Untuk mewujudkan visi tersebut, sejak
terpilih sebagai bupati pertama kali 6 Agustus 2008 lalu, dia membenahi seluruh
aspek desa mulai dari infrastruktur hingga pembentukan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) di 46 desa se-Bantaeng.
Masing-masing BUMDes mendapatkan penguatan baik dari aspek
manajemen maupun finansial berupa suntikan dana hibah Rp100 juta. BUMDes
diberikan kepercayaan penuh mengelola potensi desa masing-masing di mana BUMDes
berada.
Setiap BUMdes memiliki core business berdasarkan potensi desa di
mana BUMDes tersebut berada. Misalnya, satu desa yang potensi ekonominya sektor
pertukangan maka BUMDes diarahkan untuk bergerak di sektor pertukangan. Dalam
menjalankan core business-nya, BUMDes memiliki channeling dengan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) terkait. BUMDes Pertanian akan berkoordinasi dengan Dinas
Pertanian.
Dalam skema yang lebih luas, visi tersebut akan mewujudkan
Bantaeng sebagai pusat pertumbuhan di selatan Sulawesi Selatan dengan
menyertakan pembangunan pelabuhan, pengembangan agrowisata, serta peningkatan
sektor-sektor industri. Sektor pemberdayaan ekonomi rakyat dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi makro di atas merupakan satu dari dua hal yang menarik
perhatian saya waktu itu.
Satu hal lainnya adalah pada pembangunan sektor kesehatan.
Merespons kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang cepat, Nurdin
Abdullah membentuk Brigade Siaga Bencana (BSB). Kantor BSB berada satu atap
dengan satuan tugas lainnya yang tergabung dalam tim Emergency Services seperti
satuan bantuan sosial, satuan operasi, rehabilitas dan pemulihan, serta satuan
pemadam kebakaran.
Secara umum BSB bekerja bila ada panggilan yang masuk melalui
call center 113. Atas dukungan puluhan dokter umum dan perawat yang bekerja
berdasarkan sistem shift selama 24 jam, tim BSB siap menjemput pasien hingga
pelosok desa.
Selain kedua program merakyat di atas, Nurdin Abdullah juga
berhasil mengubah wajah Bantaeng yang dahulu terkesan “kusam” menjadi
“bergairah”. Pantai Marina dan Seruni yang membentang di sepanjang jalan
berhasil disulap menjadi destinasi wisata alternatif di Sulawesi Selatan. Kebersihan
dan kearsian kota dijaga dengan baik maka tidak heran kemudian Bantaeng meraih Piala
Adipura sebagai Kota Kecil untuk kali pertama di 2010. Piala yang terus
dipertahankan hingga 2016.
Program-program pertanian dan perkebunan Nurdin Abdullah juga dinilai
sangat inovatif seperti membuka perkebunan apel dan strawberry. Juga industri
pengalengan hasil laut yang telah diekspor ke sejumlah negara.
Tentu banyak prestasi lainnya yang telah ditorehkan Nurdin
Abdullah selain yang saya sebutkan di atas. Prestasi yang boleh jadi menyerupai
baliho besar di hati masyarakatnya.
No comments:
Post a Comment