Wednesday, February 8, 2017

Baliho di Hati Rakyat bukan di Jalanan





Nurdin Abdullah adalah Bupati Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Saat ini dia menjalankan tahun keempat periode kedua masa jabatannya di kabupaten seluas 395,83 kilometer persegi tersebut. 

Pada pemilu kada yang berlangsung April 2013 lalu, Nurdin Abdullah yang berpasangan dengan M. Yasin berhasil meraup suara  83,24 persen. Raihan suara tersebut menempatkan Nurdin-Yasin sebagai pasangan peraih suara terbesar kelima dalam sejarah pemilu kada di Indonesia.

Empat teratas adalah Makmun Ibnu Fuad di Bangkalan (93 persen), Joko Widodo di Solo (90 persen), Ahmadi di Mojokerto (87 persen), dan I Gede Winase di Jembrana (87 persen).

Awal 2011 lalu, saya sempat bertemu guru besar Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) tersebut dan berbincang agak lama. Di sela perbincangan, Nurdin Abdullah mengatakan, “Jika ingin disukai masyarakat pasanglah ‘baliho’ di hati masyarakat!” Sebuah ungkapan yang menurut saya seharusnya bisa menjadi pegangan para pejabat yang lebih gemar memasang baliho di jalan-jalan.

Nurdin banyak memaparkan visi Bantaeng sebagai “Wilayah Terkemuka Berbasis Desa Mandiri”. Untuk mewujudkan visi tersebut, sejak terpilih sebagai bupati pertama kali 6 Agustus 2008 lalu, dia membenahi seluruh aspek desa mulai dari infrastruktur hingga pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di 46 desa se-Bantaeng.

Masing-masing BUMDes mendapatkan penguatan baik dari aspek manajemen maupun finansial berupa suntikan dana hibah Rp100 juta. BUMDes diberikan kepercayaan penuh mengelola potensi desa masing-masing di mana BUMDes berada.

Setiap BUMdes memiliki core business berdasarkan potensi desa di mana BUMDes tersebut berada. Misalnya, satu desa yang potensi ekonominya sektor pertukangan maka BUMDes diarahkan untuk bergerak di sektor pertukangan. Dalam menjalankan core business-nya, BUMDes memiliki channeling dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait. BUMDes Pertanian akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian.



Dalam skema yang lebih luas, visi tersebut akan mewujudkan Bantaeng sebagai pusat pertumbuhan di selatan Sulawesi Selatan dengan menyertakan pembangunan pelabuhan, pengembangan agrowisata, serta peningkatan sektor-sektor industri. Sektor pemberdayaan ekonomi rakyat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi makro di atas merupakan satu dari dua hal yang menarik perhatian saya waktu itu.

Satu hal lainnya adalah pada pembangunan sektor kesehatan. Merespons kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang cepat, Nurdin Abdullah membentuk Brigade Siaga Bencana (BSB). Kantor BSB berada satu atap dengan satuan tugas lainnya yang tergabung dalam tim Emergency Services seperti satuan bantuan sosial, satuan operasi, rehabilitas dan pemulihan, serta satuan pemadam kebakaran.



Secara umum BSB bekerja bila ada panggilan yang masuk melalui call center 113. Atas dukungan puluhan dokter umum dan perawat yang bekerja berdasarkan sistem shift selama 24 jam, tim BSB siap menjemput pasien hingga pelosok desa.

Selain kedua program merakyat di atas, Nurdin Abdullah juga berhasil mengubah wajah Bantaeng yang dahulu terkesan “kusam” menjadi “bergairah”. Pantai Marina dan Seruni yang membentang di sepanjang jalan berhasil disulap menjadi destinasi wisata alternatif di Sulawesi Selatan. Kebersihan dan kearsian kota dijaga dengan baik maka tidak heran kemudian Bantaeng meraih Piala Adipura sebagai Kota Kecil untuk kali pertama di 2010. Piala yang terus dipertahankan hingga 2016.

Program-program pertanian dan perkebunan Nurdin Abdullah juga dinilai sangat inovatif seperti membuka perkebunan apel dan strawberry. Juga industri pengalengan hasil laut yang telah diekspor ke sejumlah negara.

Tentu banyak prestasi lainnya yang telah ditorehkan Nurdin Abdullah selain yang saya sebutkan di atas. Prestasi yang boleh jadi menyerupai  baliho besar di hati masyarakatnya.



No comments: