29
April 2021. Makassar pagi hari cerah. Langitnya biru muda. Di siang hari Makassar berangsur mendung. Langitnya berawan tebal yang warnanya dominan
kehitaman ketimbang putih. Lalu sore hari awan tersebut semakin menghitam
sehingga langit sebagian terlihat menghitam. Suara gemuruh panjang dan berbalasan. Tidak lama
dan mesti tak berlangsung lama akhirnya turun gerimis. Titik airnya
membawa kesejukan setelah hampir dua pekan terik matahari mengepung udara. Titik
airnya mendekap debu-debu dan tanah yang kerontang sejak permulaan April ini. Ya,
kata para prakirawan cuaca kemarau sudah
mengintip dan bergegas paling lambat akhir penanggalan keempat ini.
29
April 2021. Makassar hari ini mewakili apa yang berlangsung dalam
diriku: tentang semangat yang tetap mengembara dalam kedalaman jalan-jalan sunyi; tentang rasa putus asa yang menebal dan hampir menutupi seluruh langit
harapan; dan gerimis di mata yang kembali berjatuhan. Sudah lebih setahun perempuan
yang dahulu dengan kosa kata terbatas kamu memanggilnya mama tak berdaya dengan
ujian sakit. Tubuhnya tempat di mana kamu pernah bermain di dalamnya kini dihuni
sel-sel jahat yang seolah ingin merampas keceriaan dan mengurung dirinya dengan
murung. Lalu, lebih tiga pekan lalu, 6 April, kakekmu yang mungkin dahulu kamu
belum mengenal sebutan untuk dia sebagaimana kakak-kakakmu memanggilnya telah pulang ke
alam di mana kamu berada sekarang. Apakah kamu sudah menyambutnya?
29
April 2021. Makassar hari ini juga dalam naungan dari kemuliaan
bulan suci Ramadan 1442. Hari ini bertepatan dengan 17 Ramadan yang memilki banyak
keistimewaan termasuk kilasan sejarah diturunkankan Al-Quran. Ayat pertama
dalam peristiwa sakral di Gua Hira tersebut adalah seruan Iqra, membaca. Betapa
hebat seruan ini karena mengamanahkan membaca segala peristiwa yang dihadapi
dan ditemui. Bukan hanya peristiwa tentang yang datang lalu pergi, yang suka
lalu duka, tetapi juga yang sebaliknya yang pergi kemudian datang, duka
kemudian suka. Membaca bahwa dalam perputaran semesta ini tidak ada yang
benar-benar mengabadi baik yang pergi maupun yang datang, entah yang suka atau
pun yang duka. Mereka silih berganti.
29
April 2021. Tetapi diantara hal-hal yang silih berganti tersebut
terdapat sifat-sifat ketuhanan yang mengabadi seperti menyayangi dan mengasihi.
Meski telah enam tahun kita dalam ruang kehidupan yang terpisah ada kasih sayang
yang menautkan kita. Kata yang menyederhanakan kasih dan sayang adalah rindu. Ya, rindu yang ada dalam genggaman tangan, rindu yang terjaga di
pelupuk mata, rindu yang menyisakan sebentuk lubang di hati. Rindu padamu, Nak….
Makassar, 29 April 2021/17 Ramadan 1442
No comments:
Post a Comment