Wednesday, August 10, 2011

Menjemput Pasien, Mendekatkan Layanan

Grafis Ranking Kabupaten/Kota se-Sulsel Otonomi Awards 2011

Gold trophy (trofi emas) untuk Kategori Utama Daerah dengan Terobosan Paling Menonjol Bidang Pelayanan Publik direbut Kabupaten Bantaeng. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari sukses dua layanan publiknya yakni  layanan pendidikan dan  layanan administrasi kependudukan masuk nominasi (5 besar) serta sukses layanan kesehatan melalui program Brigade Siaga Bencana (BSB) meraih silver trophy (trofi perak). Apa terobosan program BSB? Simak paparannya di bawah ini.

Oleh: Ahmad Syam
Fajar, 10 Agustus 2011

Hasil analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2010 Kabupaten Bantaeng, rasio belanja langsung sektor kesehatan terhadap total belanja APBD sebesar 0,056 atau hanya berada di peringkat ke-12 diantara 23 kabupaten/kota se-Sulsel yang dimonitor The Fajar Institute of Pro Otonomi (FIPO). Adapun rasio belanja langsung kesehatan terhadap jumlah penduduk dalam APBD yang besarnya 129,853 sedikit lebih baik karena menempatkan Bantaeng di ranking ke-9.

Namun, dalam skema FIPO, besaran anggaran (baca: eksisting data) hanya satu dari tiga komponen penilaian. Dua komponen lainnya adalah inovasi dan survei publik. Berdasarkan skema itu pula BSB unggul dibandingkan program kesehatan lainnya diajukan kabupaten/kota. Secara akumulatif nilai Bantaeng untuk ketiga komponen tersebut adalah yang tertinggi mengalahkan empat kabupaten yang menjadi pesaing terdekat (lihat grafis di atas). 


Call Centre BSB 113 (Foto: Ahmad Syam)
                                              

Apakah BSB itu? BSB merupakan layanan gratis selama 24 jam yang berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan tercepat dan terdepan atas setiap bencana/musibah yang menimpa masyarakat. Melalui laporan dan informasi dari masyarakat di call center 113 dan layanan telepon lainnya di 0413-22724, atau di frekwensi radio 145.490 MHz, tim BSB dengan segera merespons dan melakukan tanggap informasi.                  

Tim BSB segera meluncur ke lokasi pasien/korban di mana pun lokasi tersebut, baik di kota, pelosok desa, di laut maupun di daerah pegunungan. Di lokasi tim melakukan diagnosa pasien/korban untuk menentukan tindakan perawatan selanjutnya, apakah pasien/korban hanya perlu dirawat di lokasi/rumah, dibawa ke ruang perawatan BSB, ataukah harus dirujuk ke puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Terdapat 20 dokter umum yang berasal dari puskesmas-puskesmas di Bantaeng, 8 perawat, dan 4 pengemudi. Keseluruhan staf BSB ini menjalankan tugas harian secara bergantian. Setiap hari jadwal tugas dibagi dalam tiga waktu yakni pagi (07.00 wita-14.30 wita); siang (14.30 wita-21.30 wita); dan malam (21.30 wita-07.00 wita). Setiap jadwal tugas/shift jaga terdiri dari 1 (satu) dokter, 2 (dua) perawat, dan 2 (dua) pengemudi.

Bagaimana Bantaeng menyiapkan tim ini sehingga dapat bekerja maksimal melayani masyarakat? Terdapat dua persiapan penting yang membuat program BSB berjalan lancar dan mendapatkan respons positif dari masyarakat. 

                    

Pertama, pengadaan peralatan dan sarana-prasarana seperti peralatan kesehatan dan kendaraan operasional/ambulans. Saat ini BSB memiliki 5 (lima) unit ambulans yang berasal dari Dinas Kesehatan Bantaeng (1 unit); bantuan dari Asuransi Kesehatan-Askes (1 unit); dan bantuan Pemerintah Jepang (3 unit). Satu dari lima unit ambulans tersebut difasilitasi alat monitor pemeriksaan jantung modern, peralatan yang jarang dimiliki ambulans lainnya. Selain itu terdapat 2 (dua) unit speedboat milik tim SAR yang sewaktu-waktu dapat digunakan tim BSB bila ada korban/pasien di laut.

Kedua, peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang meliputi pelatihan-pelatihan ketanggapdaruratan. Pelatihan bagi dokter adalah pelatihan general emergency life support (GELS) dan bagi perawat adalah pelatihan basic trauma cardiac life support (BTCLS). Kedua jenis pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan/pengenalan bagi dokter/perawat dalam hal penanganan tindak darurat sehingga paham apa yang harus dilakukan di lokasi kejadian.

Kesigapan staf, kelengkapan sarana, dan keterampilan dalam menangani pasien yang dipertunjukkan tim BSB mendapat respons positif dari masyarakat. Besarnya respons dan sambutan masyarakat tercermin dari jumlah pasien/korban yang menggunakan layanan BSB. Pada 6 (enam) bulan pertama pengoperasian BSB saja jumlah pasien yang ditangani mencapai 517 orang.

Sekarang ini jumlah pasien yang telah ditangani terus bertambah seiring intensitas sosialisasi yang dilakukan pemda sebagai upaya mendesiminasikan informasi layanan BSB ke masyarakat. Melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng sebagai leading sector program informasi layanan BSB disebar baik di puskesmas-puskesmas, di kantor kelurahan dan desa, maupun di rumah-rumah ibadah.

Namun, tentu saja, jumlah warga Bantaeng yang menggunakan layanan BSB terus meningkat karena besarnya manfaat yang dirasakan masyarakat. Maka tidak mengherankan terhitung sejak dibentuk awal Desember 2009 lalu hingga posisi Juni 2011 jumlah pasien mencapai 2.557 orang atau jika dirata-ratakan sebanyak 134 pasien setiap bulan.

Inovasi Kelembagaan

Terobosan di BSB yang juga terlihat berbeda dari layanan serupa di kabupaten/kota lainnya di Sulsel adalah pada organisasi BSB. Secara kelembagaan BSB adalah bagian dari Tim Emergency Service (TES) Kabupaten Bantaeng. Selain BSB yang dalam struktur organisasi TES dikenal Satuan Tugas (Satgas) Pelayanan Kesehatan terdapat satgas lainnya yang dibawahi dan satu atap dalam TES yaitu Satgas Pemadam Kebakaran, Satgas Bantuan Sosial, Perlengkapan dan Logistik, serta Satgas Operasi, Rehabilitasi dan Pemulihan. TES dikoordinasi tiga dinas/instansi terkait yakni Dinas Kesehatan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda), dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans).

Konsep TES dengan menghimpun beberapa jenis layanan publik seperti kesehatan, pemadam kebakaran, serta bencana dan layanan sosial dalam satu atap merupakan inisiatif Pemda Bantaeng yang belum dilakukan kabupaten/kota lainnya di Sulsel, atau boleh jadi pertama di Indonesia. 

Kantor BSB (Foto: Ahmad Syam)
        

Pada pelaksanaannya sinergi antara layanan kesehatan BSB dengan layanan pemadam kebakaran berjalan baik. Dalam setiap laporan kejadian kebakaran tim BSB akan menyertakan 2 (dua) ambulans sebagai tim medis mengantisipasi korban luka bakar. Iring-iringan mobil pemadam kebakaran bersama dua unit ambulans adalah terobosan pertama di Sulsel. Bahkan, layanan medis BSB pada kejadian kebakaran bukan hanya untuk kasus di Bantaeng karena seringkali terlibat dalam beberapa kasus kebakaran di Bulukumba dan Jeneponto, dua kabupaten terdekat dengan Bantaeng. (ahmadsyam_1@yahoo.com)

http://ahmad-syam.blogspot.com.au/2011/07/bumdes-penuhi-kebutuhan-warga-sepenuh.html
 

No comments: