Thursday, February 20, 2014

Pelajaran Plagiat dari Kartun Anak 'Arthur'

Arthur dan kawan-kawan sekelasnya mendapatkan tugas dari guru mereka, Mr Ratburn. Salah seorang dari kawan sekelasnya, Francine, merasa tugas tersebut sangat berat. Saat Francine terlihat sedang bingung datanglah Brian yang memberitahukan Francine bagaimana mendapatkan informasi terkait tugas mereka melalui internet.

en.wikipedia.org


Francine kemudian searching banyak informasi dan artikel melalui internet di rumahnya. Begitu dia mendapatkan satu artikel yang menurutnya sangat pas dengan tugas yang diberikan Mr Ratburn, Francine langsung copy-paste artikel tersebut. Hanya sedikit perubahan yakni mengganti judul.

Keesokan hari di kelas Francine langsung menyetor tugas ke Mr Ratburn. Wow...alangkah terkejutnya seluruh kawan sekelasnya. Sementara mereka masih sibuk menyelesaikan tugas, Francine sudah menyetornya.

Perilaku copy-paste Francine sepertinya tidak bakal ketahuan jika saja Catherine, saudaranya, tidak menelepon Fracine keesokan harinya. Rupanya Catherine bermaksud membantu dengan memberitahukan Francine bahwa dia baru saja menemukan satu artikel yang cocok sebagai bahan informasi tugas dari sekolah tersebut. Cek per cek artikel yang dimaksud Catherine itulah yang di-copy-paste Francine. Hah! Catherine seperti tidak percaya. Catherine kemudian menyampaikan kepada Francine bahwa perbuatannya itu adalah plagiat yang disamakan dengan mencuri. Francine yang memang sejak awal tidak tahu jika hal yang dilakukannya adalah plagiat lalu menuruti saran Catherine untuk menarik kembali tugas yang terlanjur disetornya itu.

Sehabis makan malam yang diselingi cerita ayahnya tentang keburukan dari mencuri, Francine lalu bergegas ke rumah gurunya. Sesampai di rumah Mr Ratburn, sang guru memberitahukan Francine bahwa tugas yang disetornya nyaris sempurna. Nilai untuk tugas kamu itu adalah A minus (-), kata Mr Ratburn. Alangkah senangnya Francine meski pada saat yang sama ada rasa bersalah karena telah melakukan plagiat. Sepulang dari rumah gurunya, Francine berpikir untuk membuat ulang tugas tersebut dengan pikirannya sendiri.

Pagi-pagi di kelas Francine menemui Mr Ratburn dan berterus-terang bahwa tugas yang disetor sebelumnya adalah hasil dari plagiat. Francine lalu menyetor tugas yang dikerjakannya sendiri semalam. Mr Ratburn memeriksa dan memberinya nilai B plus (+). Nilainya memang lebih rendah dari tugas hasil plagiat tetapi Francine terlihat jauh lebih senang.

Kisah di atas adalah satu seri dari kartun ‘Arthur’ yang saya dapatkan sinopsis ceritanya terkait plagiarism di http://arthur.wikia.com/wiki/Francine's_Pilfered_Paper . Kartun pendidikan untuk anak-anak yang berasal dari Amerika dan Kanada ini dibuat oleh Cookie Jar Group dan WGBH. Tokoh utama serial kartun yang untuk pertama kali tayang 2 September 1996 silam tersebut adalah Arthur Read, anak laki-laki berusia delapan tahun yang tinggal di Elwood City. Karakter lainnya dalam kartun ini adalah Nigel Ratburn, Francine Alice Frensky, Bionic Bunny, Binky Barnes, dan banyak lagi tokoh karakter lainnya.

www.goodreads.com

Apa pelajaran penting dari satu episode tentang plagiat dalam serial kartun ‘Arthur’ tersebut di atas?

Pertama, pendidikan tentang keburukan plagiat sudah harus ditanamkan sejak dini. Arthur dan kawan-kawannya adalah anak-anak yang baru duduk di sekolah dasar (SD) tetapi sudah berhadapan dengan kemungkinan melakukan plagiat. Di sejumlah negara barat, kelas tiga SD memang sudah mendapatkan tugas menulis. Dengan akses internet yang begitu mudah tentu peluang anak-anak itu menyalin langsung dari internet sangatlah terbuka. Karena itu, para guru, orangtua, dan pihak lainnya berupaya membentengi anak-anak mereka dari perilaku plagiat. Perlaku yang diidentikkan dengan perbuatan mencuri. Bagaimana caranya sehingga anak-anak itu mau dan mudah menangkap pesan tentang keburukan plagiat? Tahu kalau anak-anak senang menonton kartun maka dibuatlah serial kartun pendidikan semacam ‘Arthur’ ini. Berbagai pesan moral, termasuk dampak plagiat, menjadi muatan dari episode ke episode. Hasilnya?

Kedua, mari menjawab pertanyaan di akhir poin pertama di atas tentang hasil dari serial kartun pendidikan. Di luar Francine, sebagaimana cerita di atas, ternyata sebagian besar kawan-kawan sekelas Arthur sudah mengetahui bahwa plagiat itu buruk. Catherine sendiri yang umurnya tidak jauh berbeda dari Francine sudah bisa memberikan nasehat kepada Catherine tentang keburukan plagiat. Bagaimana anak-anak itu, di umur mereka yang baru delapan tahun, sudah mulai melek plagiat? Tentu jawabannya di proses penanaman nilai yang terus-menerus. Tidak di sekolah tidak di rumah, menanamkan moralitas pada anak-anak dilakukan sebagai bagian pendidikan di usia dini.

Ketiga, kegiatan penulisan memang harus dimulai sejak kecil. Kebiasaan berpikir dan menulis kreatif sedari kecil akan membuat anak-anak lebih mandiri jika kelak mendapatkan tugas menulis di jenjang pendidikan selanjutnya. Kebiasaan menulis yang ditanamkan sejak dini tidak saja menumbuhkan keterampilan menulis ketika dewasa, lebih dari sekadar itu. Kebiasaan menulis sejak kecil akan membentuk karakter seorang anak yang menghargai suatu karya, baik karya diri sendiri maupun karya orang lain. Jika suatu bisa menghargai karya sendiri maka otomatis akan menghargai karya orang lain sehingga akan berujung pada sikap menolak segala bentuk plagiat.

Keempat, soal kejujuran untuk mengakui jika telah berbuat salah. Francine setelah mengetahui dirinya bersalah langsung meminta maaf, menarik kembali tugas hasil plagiat yang nilainya A itu, mengerjakan ulang tugas tersebut, dan akhirnya merasa lebih senang karena meski nilainya hanya B tetapi dari hasil jerih payahnya sendiri. Etika meminta maaf, memaafkan, dan berterima kasih merupakan tiga komponen nilai yang terkandung dalam serial kartun ‘Arthur’ di atas. Francine meminta maaf, Mr Ratburn memberi maaf, dan semua orang akan berterima kasih atas kasus tersebut karena pada setiap kejadian selalu ada pelajaran yang bisa dipetik. Terima kasih, Arthur....

Brunswick, 19 Februari 2014

Wednesday, February 19, 2014

Penulis, Kopi Susu, dan Kopi Paste


Entah sejak kapan menulis dan minum kopi itu seperti bersenyawa. Menulis tanpa ditemani kopi seperti hendak menyalakan mesin kendaraan namun mesin tidak kunjung nyala. Berulangkali kunci diputar ke start tetapi mesin hanya terbatuk-batuk. Menulis tanpa segelas kopi terhidang seperti hendak berkendara yang jauh tetapi tanki kendaraan tidak terisi bensin yang cukup. Di tengah perjalanan kendaraan pun kehabisan bensin dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.

www.deviantart.com


Tentu tidak semua orang yang hobi menulis juga bersahabat dengan kopi. Sebagian orang lainnya jika menulis lebih senang sambil nge-teh. Sebagian lainnya dengan sedikit camilan. Intinya, kopi, teh, atau apa pun rupa camilan yang tersedia semuanya telah mewakafkan diri mereka masing-masing bagi sang penulis. Hanya saja kopi terlanjur menjadi sahabat universal. Apalagi jika menulisnya dalam posisi sedang dikejar deadline; yang penulis kolom dikejar redaktur, yang penulis naskah sinetron dikejar jadwal tayang, yang penulis skripsi dikejar dosen pembimbing. Karena sedang dikejar maka tidak boleh banyak tidur alias malam pun dilewati begadang, kopi datang membantu dengan membuat mata melek semalaman. Kafein dalam kopi diyakini dapat membuat mata dan pikiran seorang yang sedang menulis tetap terjaga.

Pasar kopi pun berkembang seiring semakin banyaknya kegiatan menulis yang dilakukan orang-orang. Hukum ekonomi pun berjalan. Banyak permintaan berarti ada peluang untuk memperbanyak penawaran. Maka penjajang kopi seperti jamur di musim hujan. Di mana-mana akan dengan mudah menemukan warung, kafe, atau sekedar tenda dengan embel-embel kopi di belakangnya sehingga menjadi warung kopi, kafe kopi, dan tenda kopi. Pada tempat-tempat tersebut kita akan bertemu dengan orang-orang yang sedang menulis: dari menulis artikel, kasbon, status, hingga yang iseng menulisi meja.

Jangan-jangan kopi memang ditakdirkan bersahabat dengan dunia penulisan. Setidaknya beberapa manfaat kopi itu yang umum diketahui banyak orang ternyata bisa membantu seorang yang sedang menulis.

Pertama, kopi dapat menyamarkan bau kurang sedap. Ini pengalaman pribadi saat membawa ikan kering di kabin pesawat. Setelah saya bungkus berlapis-lapis kertas koran, di atasnya, sebelum kardus ditutup, saya taburkan dulu serbuk kopi. Apa hubungannya dengan kopi, bau, dan penulis? Ya, siapa tahu saking asyik dan sibuknya menulis hingga lupa mandi yang tanpa disadari aroma kurang sedap tercium orang-orang sekitar. Maka, langkah paling aman adalah taburkan serbuk kopi sekitar meja tulis untuk menyamarkan BB tersebut. Hehe...

Kedua, kopi juga diyakini dapat mengurangi, bahkan menghilangkan stres. Aroma kopi bisa membantu relaksasi pikiran. Bagi penulis ini tentu manfaat yang sangat besar. Coba saja bayangkan, dari mencari ide dan menentukan angel saja sudah menguras otak apalagi ketika menuliskannya. Banyak yang percaya bagian paling rumit dan kadang bikin stres adalah ketika memadukan padanan kata yang tepat, menyusun kalimat yang efektif, hingga merangkai paragraf paragraf yang koheren. Nah, di sinilah kopi berperan. Bila sudah mentok karena stres berarti waktunya merelaksasi pikiran dengan aroma kopi. Hanya saja, bila persediaan kopi dan gula di rumah sedang kosong sementara honor tulisan juga belum cair, segeralah melangkah ke warung kopi terdekat. Cari meja di mana ada orang lagi ngopi. Duduk di dekatnya dan hiruplah aroma kopi milik orang itu. Ini cara paling jitu menghilangkan stres dengan aroma kopi tanpa perlu terbebani stres lain karena belum bisa beli kopi.

Ketiga, manfaat yang satu ini bukan hasil penelitian terkait kegunaan kopi bagi manusia, terutama penulis. Hanya saja manfaat yang ini justru sangat penting diingat-ingat oleh para penulis atau siapa saja yang berkecimpung dalam dunia tulis-menulis. Bagi yang sering gaul warung kopi pasti sudah hapal beberapa istilah ala warung kopi, misalnya, tebal atau tipis. Ini sama sekali tidak ada kaitan dengan isi dompet tebal atau tipis. Istilah tersebut hanya untuk membedakan tingkat kekentalan kopinya. Kopi tebal karena campuran kopinya lebih banyak dari gulanya (atau kadang tanpa gula sehingga sering juga diistilahkan kopi hitam saking pekatnya), sedangkan kopi tipis ya karena campuran kopinya hampir berbanding dengan gula yang membuatnya terlihat  lebih encer.

Ada juga istilah kopi susu  atau biasa disingkat kopsus.  Nah, kalau yang ini  biasanya lebih popular. Kenapa lebih popular belum ditemukan jawabannya yang pasti. Untuk sekadar mereka-reka popularitas mungkin kopsus karena faktor susunya. Minum susu adalah tradisi manusia sejak lama, bahkan dalam beberapa tingkatan masyarakat berdasarkan level ekonominya minum susu adalah kemewahan. Susu menjadi simbol dari kesejahteraan. Popularitas kopsus memang tidak terbantahkan. Datanglah ke warung kopi-warung kopi maka akan menemukan sajian kopsus adalah yang paling istimewa dan paling laris. 

Untuk seorang penulis atau yang sedang hobi menulis kopsus adalah pilihan ideal. Kandungan kopsus baik bagi yang sedang menulis karena melihat komposisinya, kopi dan susu. Setidaknya, jika kopi bisa menutrisi pikiran maka susu menutrisi tubuh biar tetap sehat.

Hanya saja, karena kopi susu mengandung dua manfaat sekaligus maka harganya juga lebih mahal baik dibandingkan kopi tanpa susu dan kopi paste. Hah, kopi paste? Memang ada menu kopi paste di warung kopi? Yaaa…tidak ada sih tetapi dalam tulis-menulis kopi paste cukup dikenal. Terus kopi paste enak ngak? Murah? Soal murah mana, terus terang  kopi paste memang lebih murah dari kopi susu. Tetapi soal enak mana, yakinlah kopi susu jauh lebih nikmat dari kopi paste…!

Brunswick, 18 Februari 2014
 

Tuesday, February 11, 2014

Sipir Itu Minta "Sesuatu" pada Corby



Corby sedang berkumur-kumur di kamar mandi ketika seorang sipir penjara berseragam lengkap datang. Kamar mandi yang hanya berdaun pintu setengah itu memungkinkan Corby terlihat dari luar. Tidak ada siapa-siapa dalam sel saat itu, hanya Corby seorang. Sipir penjara berseragam lengkap juga menggunakan topi kebesarannya yang membuatnya terlihat sangat gagah. Sambil mengembuskan asap rokok dari mulutnya dia memanggil Corby dari luar terali besi sel.

anthobuzz.com


Mendengar ada suara yang memanggil namanya Corby pun menengok keluar. Dia tersenyum membalas senyuman dari sipir. Membuka daun pintu kamar mandi dan berjalan ke arah sipir itu berdiri. Tidak ada keraguan dari langkah Corby setelah melihat sipir menunjukkan sikap ramah dengan mengayunkan bungkus rokok ke arah Corby. Ya, satu tangan dari petugas sipir yang memegang bungkus rokok masuk di sela-sela terali sel. Petugas sipir seperti menawarkan rokok kepada Corby.

Begitu Corby mendekat dan hendak menggapai bungkus rokok tersebut sipir menarik tangannya keluar. Corby tentu saja kaget dan sedikit terheran-heran. Lalu sipir dengan tangannya memberikan kode sesuatu dengan memegang sekitar pinggangnya seperti meminta “sesuatu”. Kamera menyorot tangan sipir yang sedang (maaf) menarik resleting celananya ke bawah. Corby terlihat terkejut, seperti ketakutan, dan berkata “no…no…no…sambil mundur ke belakang lalu masuk kembali ke kamar mandi.

Penggalan di atas adalah satu bagian cerita dalam film “Schapelle” yang tayang perdana di Channel Nine, Minggu (9/2) malam tadi. Film yang berkisah tentang Corby dan kasus yang menjeratnya tayang lebih awal dari jadwal semula. “Schapelle” berdasarkan jadwal semula baru akan tayang Senin (10/2) malam namun Channel Nine memiliki pertimbangan lain. Kemungkinan yang termasuk pertimbangan sehingga jadwal tayang dimajukan sehari karena memanfaatkan momentum Corby.

Seperti diketahui, Jumat (7/2) sore Corby mendapatkan status bebas bersyarat dan begitu banyak ulasan tentang Corby di media-media. Channel Nine tentu tidak ingin “Schapelle” menjadi basi hanya karena telat tayang dan ketika orang-orang pun sudah mulai jenuh dengan pemberitaan Corby. Jadi soal pemasaran film saja sehingga jadwal dimajukan.

Tayang di waktu utama, pukul 20.46 hingga 22.57 waktu setempat, Channel Nine berharap dapat menaikkan rating. Film berdurasi sekitar dua jam ini diproduksi oleh Fremantle Media Australia dan disutradarai Khoa Do. Sutradara ini juga yang mengarsiteki drama serupa yakni “Better Man” yang mengisahkan Van Tuong Nguyen, seorang warga negara Australia keturunan Vietnam yang dihukum gantung di Singapura tahun 2005 silam. Anak muda ini kedapatan membawa heroin seberat 396.2 gram dalam perjalanan Vietnam-Singapura-Melbourne. Saat di Bandara Changi, Singapura, sebelum keberangkatan ke Melbourne, heroin yang dia ikatkan di punggungnya dan sebagian lainnya ditaruh dalam tas terdeteksi.

beattiesbookblog.blogspot.com


Kembali ke film “Schapelle”. Film ini diangkat dari buku berjudul “Sins of the Father: The Untold story behind Schapelle Corby’s ill-fated drug run” karya Eamonn Duff. Buku setebal 416 halaman seharga $AUD35 (atau sekitar Rp350 ribu) terbit 2011 dan menjadi best seller. Buku ini juga meraih penghargaan “The 2012 True Crime Award” dalam The Melbourne Writers Festival. Dan seperti yang menjadi judul utama buku ini “Sins of the Father”, film “Schapelle” menggambarkan bagaimana Corby, yang diperankan Krew Boylan, tidak tahu-menahu soal ganja dalam tasnya tersebut karena ayahnya-lah, Michael Corby, diperankan Colin Friels, pemilik ganja tersebut.

Selain sepenggal kisah dalam pengantar di atas, beberapa penggalan menarik lainnya dalam film “Schapelle” adalah saat ini Michael Corby datang ke Lapas Kerobokan menemui Corby dua minggu sebelum putusan vonis dijatuhkan. Pertemuan ini seolah ingin menunjukkan bahwa sang ayah datang untuk meminta maaf atas kesalahannya. Penggalan ini seperti mengarahkan bahwa Corby tidak bersalah dan sang ayahlah yang bersalah.

Tetapi kenapa aparat hukum di Bali bersikukuh bahwa Corby bersalah? Dalam satu penggalan kisah di film tersebut bagian inilah yang menjadi pegangan aparat Indonesia. Saat pemeriksaan tas, aparat meminta Corby membuka tasnya. Terlihat Corby sangat santai melakukannya. Namun wajahnya tiba-tiba berubah tegang ketika aparat meminta Corby meraba isi tas tersebut. Petugas bertanya apa di dalam tas itu? Corby menjawab tidak ada apa-apa. Petugas mengulang beberapa kali hingga Corby menjawab itu ganja. Petugas kembali bertanya, bagaimana kamu tahu itu ganja? Corby menjawab bahwa dia bisa mengenali aromanya.

Penggalan cerita lainnya dalam film “Schapelle” menggambarkan betapa joroknya penjara di Kerobokan. Ibu Corby yang diperankan Denise Roberts terlihat membersihkan kamar mandi di sel Corby yang lantainya sudah terlihat hitam-hitam. Juga memperlihatkan betapa riuhnya ruang sidang saat ketika Corby memasuki ruangan tersebut hingga duduk di kursi pesakitan. Para wartawan, dalam dan luar negeri, dengan leluasa masuk ke ruang sidang dan mengambil foto Corby.

Di penggalan lain, film ini menyajikan bagaimana dukungan masyarakat Australia terhadap Corby. Melalui tampilan satu polling yang menunjukkan hampir 90 persen masyarakat tidak yakin Corby bersalah, film ini mengarahkan penonton bahwa Corby benar-benar tidak harus disalahkan dalam kasus ini.

Sayangnya, film ini tidak menyajikan hasil polling lainnya. Memang di awal-awal kasus sebagian besar warga Australian masih percaya Corby tidak bersalah. Polling tahun 2005 yang dilakukan Morgan memang lebih dari 51 persen responden mengatakan Corby tidak bersalah. Tetapi harusnya film ini juga mengangkat hasil polling tahun 2010 yang dilakukan Nielsen di mana 9 dari 10 responden mengatakan Corby bersalah. Dalam polling tersebut, 41 persen responden menilai Corby bersalah sedangkan 48 persen tidak memberikan pendapat Corby bersalah atau tidak.

Satu adegan di film Schapelle (Sydney Morning Herald)


Apakah film ini diminati masyarakat? Berdasarkan laporan Maria Lewis di Mail Online, film “Schapelle” di Channel Nine yang bersaing dengan film “INXS: Never Tear Us Apart” di Channel Seven kalah dalam jumlah penonton. “Schapelle” hanya meraup 1.002 juta jumlah penonton yang selisihnya sangat jauh dibandingkan jumlah penonton “INXS: Never Tear Us Apart” yakni 1.974 juta penonton.

Raihan jumlah penonton “Schapelle yang kalah dari “INXS” sebenarnya sudah bisa diprediksi melalui hasil polling yang dilakukan pada hari yang sama, Minggu (9/2). Genevieve Rota yang membuat polling di Popsugar mengangkat judul polling : INXS vs Schapelle- What Will You Watch Tonight? Hasilnya, sebanyak 60 persen responden memilih akan menonton “INXS”, hanya 19 persen akan menonton “Schapelle”, dan 21 persen responden akan menonton keduanya dengan cara merekam salah satu film tersebut.

Ada dua faktor, menurut ulasan yang berkembang di media-media, mengapa “Schapelle” ini tidak memenangkan jumlah penonton terbanyak dibandingkan film lainnya yang tayang di saat bersamaan. Pertama, menonton “Schapelle” bagi yang yakin Corby tidak bersalah tidak memberikan tambahan informasi lagi. Bagi mereka, apa yang mereka ketahui bahwa Corby tidak bersalah sudah cukup jadi buat apa menonton film-nya. Kedua, menonton “Schapelle” bagi yang yakin Corby bersalah juga tidak akan antusias menonton film ini. Alasannya, daripada sakit hati dengan jalan cerita film lebih baik tidak menontonnya.

Meski film “Schapelle” tidak begitu disambut oleh publik Australia, beberapa media tetap memburu cerita Corby dari awal penangkapan, saat dipenjara, hingga dibebaskan. Bahkan, menurut kabar telah ada media TV yang mau membayar $AUD5 million atau sekitar Rp50 miliar jika Corby bersedia berbagi kisah dan melayani wawancara eksklusif. Hmmmm….

Brunswick, 10 Februari 2014
http://hiburan.kompasiana.com/film/2014/02/10/film-schapelle-sipir-minta-sesuatu-ke-corby-632252.html





Sunday, February 9, 2014

Corby, Terima Kasih atas Pelajaran Ini!


Jumat (7/2) kemarin sepertinya milik wanita kelahiran 10 Juli 1977 bernama lengkap Schapelle Leigh Corby itu. Pagi-pagi ketika saya menyalakan TV sejumlah pengamat dan politisi telah membicarakan perihal dirinya. Saya bolak-balik di dua-tiga channel dan semuanya memberitakan wanita asal Tugun, Queensland yang kini berada nun jauh di Pulau Bali, di dalam Lapas Kerobokan, Denpasar.


www.popsugar.com.au


Hari beranjak siang, para awak TV tersebut masih terus meng-update perkembangan terbaru soal pembebasan bersyarat (PB) wanita yang pendidikan formalnya hingga kelas 2 SMA tersebut. Memasuki sore hari, saluran TV utama seperti Channel 9, Ten, dan ABC telah menggelar acara live sejak pukul 17.30 waktu setempat atau pukul 13.30 WIB. Menteri Hukum dan HAM RI, Amir Syamsuddin, sendiri yang ditunggu-tunggu menyampaikan keputusan bebas bersyarat itu baru keluar ruangan sekitar pukul 20.00 waktu setempat atau pukul 16.00 WIB. Dan, Corby menyempurnakan harinya kemarin dengan masuk sebagai satu dari 1.291 yang berhasil mendapatkan bebas bersyarat, mengalahkan 434 narapidana lainnya yang permohonannya belum dikabulkan.

Saya tidak terkejut dengan keputusan bebas bersyarat untuk Corby. Seminggu terakhir media-media di Australia, cetak dan elektronik, telah begitu menyakinkan saya dengan berita yang mereka sajikan bahwa Corby pasti akan menerima pembebasan bersyarat.

Tiba-tiba saya merasa sangat iri, bukan terhadap Corby. Terus terang saya iri pada Australia sebagai suatu bangsa, suatu negara. Saya iri karena negara dan bangsa ini telah melakukan konsolidasi yang sangat kuat dan rapat dalam membela Corby. Mereka tidak menempatkan Corby dalam posisi benar-salah. Berita dan pendapat pengamat soal apakah Corby memang bersalah atau justru benar porsinya sangat sedikit. Porsi terbesar dalam berita di media-media itu adalah Corby merupakan warga negara Australia dan karenanya harus mendapat dukungan. Media-media lebih menonjolkan sisi humanisme dari kasus Corby. Berulangkali tayangan yang ditampilkan adalah Corby yang menangis, dengan wajah tanpa dosa, dan terlihat sangat tertekan.



Kohesi politik pun sangat padu. Tidak saling mengambil keuntungan ketika para pemimpin politik Australia sebenarnya sangat tahu Corby hampir pasti mendapatkan pembebasan bersyarat itu. Perdana Menteri Tony Abbott lebih memilih mengatakan untuk tidak berkomentar soal Corby karena khawatir menuai tafsir berbeda di masyarakat. Abbott hanya mengatakan akan menunggu dan menghormati segala keputusan hukum Indonesia. Di pihak lain, pemimpin oposisi Bill Shorten cukup menyampaikan harapan agar Corby bisa segera pulang ke Australia. Ya, kedua pemimpin politik Australia tersebut tidak saling mengklaim. Tidak menjadikan kasus Corby sebagai satu cara mengambil keuntungan politik sepihak. Keduanya solid mendukung Corby tanpa pamrih dengan bermain cantik di belakang layar.

Rasa iri saya terhadap bangsa dan negara ini juga terutama pada kerja-kerja medianya. Menyajikan perkembangan dari keputusan pembebasan bersyarat Corby adalah cara paling elegan untuk menunjukkan pada seluruh masyarakat Australia bahwa Corby adalah bagian dari mereka. Tayangan sisi humanisme ditampilkan untuk mengundang rasa simpati pada Corby dan mengukuhkan kohesi sosial. Sekali pun mungkin masyarakat Australia sudah tahu siapa Corby dan bagaimana dia bisa berada dalam kasus narkotika yang menjeratnya. Ya, dalam suatu wawancara tahun 2008 antara ABC dengan Andrew Trembath, sepupu dari ayah Corby, terungkap bahwa Michael Corby (ayah Corby) semasa hidupnya juga adalah pengedar narkotika cukup besar di wilayah Queensland.

Tetapi, sekali lagi. Bagi media urusan utama bukan apakah Corby di pihak yang salah atau yang benar. Bagi media, cukuplah teriakan Corby dalam suatu persidangan “Help me! Help me Australia!” untuk membantunya keluar dari persoalan pelik tersebut. Dan, momen pembebasan bersyarat pun menjadi ‘media events of the year’. Sungguh suatu dukungan dari media buat Corby yang sangat dahsyat. Bahkan, ABC (TVRI-nya Australia) paling berperan aktif. Televisi milik pemerintah tersebut dengan cara yang berimbang mengkaver seluruh kejadian sebelum dan setelah keputusan pembebasan bersyarat diumumkan.

Sambil menonton siaran langsung dari ABC dengan sesekali berpindah pada 2 dan 3 channel lainnya, saya tiba-tiba teringat dengan puluhan TKI dan TKW yang sangat jauh dari liputan media. Jarang ada media yang melakukan liputan langsung tentang seorang TKI/TKW yang dijerat hukuman pancung atau gantung. Padahal sesekali saya juga ingin menyaksikan langsung bagaimana keharuan seorang TKI/TKW setelah melalui penantian panjang di dalam penjara, menunggu hari dijatuhkannya hukuman, lalu kemudian mendapatkan pembebasan.

poskota.co.id


Sayangnya, alih-alih mendapatkan keharuan atas titik balik dari kehidupan para TKI/TKW yang menerima pembebasan hukuman. Alih-alih menyaksikan tayangan media nasional yang sebenarnya dapat mengukuhkan kohesi sosial dan mengalirkan spirit persaudaraan. Yang lazim dari setiap pembebasan TKI/TKW adalah kerumunan para politisi yang saling klaim keberhasilan masing-masing.

Media, politisi, dan pemerintah masih sangat jauh dari upaya-upaya melakukan konsolidasi. Banyak kesibukan dan kepentingan masing-masing sehingga tidak sempat untuk saling menguatkan. Puluhan TKI/TKW yang menanti kematian mereka, terkurung bertahun-tahun dalam dekapan hawa dingin penjara pun terabaikan. TV sibuk menayangkan perceraian para selebriti dan mengadu para politisi dalam forum debat. Padahal jika saja mereka mau meluangkan waktu, membuat liputan investigasi, dan menyediakan porsi tayangan secara rutin tentang jalan hidup para TKI/TKW malang itu, saya percaya masyarakat Indonesia akan tergugah. Bangunan sosial masyarakat Indonesia pun akan kembali solid dan nasib TKI/TKW itu tidak perlu berakhir sangat buruk. Oh, terima kasih Corby!

Friday, February 7, 2014

Corby Bebas, Siapa Menang Siapa Kalah?


Schapelle Corby memang tidak pernah sepi pemberitaan oleh media di Australia. Namun, dua hari terakhir kabar tentang wanita 36 tahun yang kini mendekam di Lapas Kerobokan, Bali tersebut menjadi berita paling populer. Hampir seluruh media utama di Australia, cetak dan elektronik, ramai memberitakan status bebas bersyarat yang akan diterima Corby. Sebagian dari media itu seperti sudah yakin Corby akan mendapatkan status tersebut besok, Jumat (7/2), atau paling lambat awal pekan depan. Bahkan satu stasiun televisi telah mempersiapkan segala peralatan untuk melakukan liputan live.

www.smh.com.au


Sebenarnya sang Ratu Ganja, demikian istilah yang sering digunakan media-media di Indonesia untuk menyebut Corby, baru akan bebas murni pada pertengahan 2017. Tetapi rupanya Corby bernasib mujur. Status bebas meski ada embel-embel bersyarat akan segera dinikmatinya. Bagi penggiat gerakan anti-narkotika di Indonesia nasib mujur Corby tentu justru kabar buruk. Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) sejak beberapa bulan lalu menentang rencana bebas bersyarat Corby tersebut. Granat menilai bebas bersyarat Corby akan melanggar Peraturan Pemerintah (PP) No 99 Tahun 2012 yang mengatur pengetatan remisi bagi pelaku terorisme, narkotika, dan korupsi.

Protes Granat dan gerakan anti-narkotika lainnya beralasan. Bukan kali ini saja Corby mendapatkan keringanan hukuman. Vonis 20 tahun pada 2005 setelah petugas Bandara Ngurah Rai Denpasar menemukan 4,1 kilogram ganja di tasnya kemungkinan hanya akan dijalaninya separuh waktu. Remisi yang rutin diberikan kepadanya setiap peringatan hari raya dan nasional ditambah grasi 5 tahun dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mempercepat kebebasannya. Klimaksnya adalah bebas bersyarat yang akan dia terima besok. Bebas bersyarat akan makin mempersingkat masa tahanannya karena potong tahanan lanjutan bisa 8 bulan per sekali dia dapat remisi. Karena itu, kemungkinan bebas murninya akan lebih cepat yakni pertengahan 2016 atau boleh jadi 2015.

Lain sambutan di Indonesia lain pula sambutan media di Australia. Berita-berita akan bebas bersyaratnya Corby besok menghiasi halaman depan koran-koran utama di Australia. Hari ini, Kamis (6/2), Herald Sun menurunkan berita dengan judul: Schapelle Corby will celebrate freedom ‘with a joint’, says former lawyer Kerry Smith-Douglas. Herald Sun mengutip candaan Kerry Smith-Douglas bahwa Corby akan merayakan kebebasannya dengan ‘pesta ganja yang besar’. Candaan mantan penasehat hukum Corby tersebut tentu dia tujukan untuk menyindir Indonesia yang dianggap telah salah menahan Corby atas dugaan membawa ganja masuk ke Indonesia. Berita yang sama dengan judul berbeda juga dimuat oleh The Age: Schapelle Corby’s ex-lawyer downplays ‘big marijuana joint’ comments.

Sementara dua saluran televisi utama di Australia, ABC dan Nine, juga terus mengikuti perkembangan rencana bebas bersyarat Corby. Selain memasang berita tersebut di running text, laporan reporter mereka di Bali dan Jakarta terus memantau dari Lapas Kerobokan dan kantor Kementerian Hukum dan HAM RI. Updating news kedua saluran televisi tersebut disertai laporan live dari Indonesia.

Pandangan masyarakat Australia sangat mendukung rencana pembebasan bersyarat Corby. Akun twitter tentang Corby yakni #Thingsschapellemissed yang bertujuan mengajak masyarakat Australia memberikan penilaian hal-hal yang mungkin Corby tidak tahu perkembangannya selama 9 tahun dalam penjara dipenuhi pesan-pesan yang menghibur. Misalnya, kicauan Hannah Montana di @booomitsbieber : she wouldn’t even know who Justin Bieber is! Wow she will get a shock! Sementara Liv Lambert berkicau di @LivLambert dengan me-retwit pesan dari @brownypaul yang bunyinya: being casted in her own telemovie. Ya, satu saluran televisi di Australia memang sedang membuat drama serial televisi perjalanan hidup Corby yang dijadwal tayang perdana 10 Februari mendatang.

Sikap pemerintah Australia meski terkesan senang namun tetap menahan diri hingga Amir Syamsuddin mengeluarkan keputusan final besok. Dalam satu wawancara, Perdana Menteri Australia, Tony Abbot, mengatakan, pihaknya tetap akan menghargai segala putusan hukum yang dibuat Indonesia. Pernyataan resmi Abbot tersebut untuk menunjukkan sikap menghormati peradilan dalam negeri Indonesia.

Hanya saja, karena Corby cuma dinyatakan bebas bersyarat maka dia tetap berada dalam wilayah Indonesia. Wajib lapor tetap dilakukannya sehingga tidak memungkinkan dirinya bisa langsung terbang ke Australia. Tetapi bagi masyarakat Australia itu sudah cukup. Setidaknya bebas bersyarat akan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi Corby yang hingga saat ini belum pernah mengakui bahwa ganja yang ditemukan di dalam tasnya tersebut milik dia.


corbyswitch.blogspot.com


Kegembiraan Australia, baik pemerintah maupun masyarakat, tercermin dari rencana peliputan langsung pembebasan Corby oleh satu saluran televisi. Ya, Australia seperti mendapatkan kemenangan. Secara pribadi, saya yang buta hukum ini tidak tahu apakah Indonesia juga mendapatkan kemenangan atas keputusan tersebut? Apakah penegakan hukum dan pengetatan remisi atas tindak pidana narkotika sebagaimana diatur PP 99/2012 juga telah dimenangkan? I do not know. Semoga saja bebas bersyarat Corby bersama 1.290 narapidana lainnya bukan bagian dari program bersih-bersih politik menjelang pemilu April mendatang. Semoga!

Brunswick, 6 Februari 2014

Tuesday, February 4, 2014

Anak Ditinggal di Mobil Bisa Kena Denda Rp220 Juta

Musim panas di negeri Kanguru semakin memanas karena ulah sebagian orangtua yang bikin gerah. Dua pekan lalu seorang bayi berumur enam bulan dibiarkan sendiri di dalam mobil ketika suhu mencapai 40 derajat celsius. Si Ibu pergi berbelanja dan meninggalkan bayinya dalam mobil dengan pintu yang terkunci. Jika saja si bayi tidak terbangun. Jika saja si bayi tidak menangis sangat keras. Jika saja tidak ada petugas yang kebetulan melintas dan mendengar tangisannya. Jika saja….

www.motherpedia.com.au


Sebelumnya pada Desember lalu peristiwa yang sama menimpa bayi berusia enam bulan lainnya. Si orangtua meninggalkan bayinya sendiri di mobil selama hampir dua jam. Saat mereka tersadar dan kembali ke mobil sang bayi malang sudah tidak tertolong lagi. Si ibu berdalih lupa kalau bayinya masih di mobil saat kepolisian menanyainya.

Kejadian orangtua meninggalkan sendirian anaknya di dalam mobil terus berulang. Di wilayah Victoria, satu negara bagian di Australia di mana Melbourne adalah ibukotanya, tercatat sudah 1100 kejadian dalam 12 bulan terakhir. Beragam sebab dan alasan mengapa para orangtua itu meninggalkan anak-anak mereka di mobil. Misalnya, ada orangtua yang pergi belanja di swalayan dan membiarkan anak mereka menunggu di mobil, ada juga orangtua yang karena sedang bekerja dan membiarkan anak mereka tetap di mobil yang di parkirnya tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Sebenarnya para orangtua tahu kalau meninggalkan anak di mobil bisa berdampak fatal. Tetapi kadang ada orangtua menggunakan bermacam dalih untuk membenarkan tindakan beraninya tersebut. Dalih-dalih yang menurut anggapan mereka akan mengurangi resiko buruk yang akan menimpah si anak seperti kaca mobil tetap dibuka setengah sehingga ada sirkulasi udara. Atau dalih lainnya misalnya kaca mobil tetap tertutup dan AC dinyalakan biar udara dalam mobil tetap adem.

Kedua dalih dan tindakan di atas sesungguhya sama sekali tidak dapat menjamin keadaan anak dalam mobil akan baik-baik saja. Bahaya dan resiko kematian mengintai si anak setiap saat. Jika suhu panas di luar mobil mencapai 35 hingga 40 derajat celsius maka suhu dalam mobil bisa saja mencapai 45 hingga 65 derajat celsius. Mobil yang terpapar panas tersebut akan tetap tidak aman sekalipun jendelanya dibuka setengah. Lagi pula si anak akan mengalami dehidrasi hebat karena anak-anak lebih cepat terserang dehidrasi ketimbang orang dewasa. Dengan menyalakan AC pun tidak memberikan jaminan anak-anak yang berada di dalamnya aman. Kalau adem mungkin iya, tetapi justru ini yang sangat berbahaya karen mobil terparkir dengan mesin dan AC hidup sangat berbahaya. Racun karbon monoksida (CO) dari AC mobil bisa memenuhi ruangan mobil tanpa disadari oleh orang di dalamnya.

Upaya mengurangi tindakan ceroboh orangtua sudah dilakukan. Australia termasuk negara yang “galak” menerapkan denda bagi si orangtua yang sering lalai tersebut. Lihat saja, negeri dibawa pimpinan Perdana Menteri Tony Abbot ini menyiapkan denda maksimun sebesar $AUD22,000 atau sekitar Rp220 juta. Dengan penegakan hukum di Australia yang sangat tegas sudah banyak orangtua yang dikenakan denda yang besarnya bervariasi tergantung berat-ringan pelanggaran kadang $AUD500 (Rp5 juta) atau biasanya juga $AUD2,165 (Rp21 juta). Ada pilihan lain jika menolak membayar denda yakni hukuman tiga bulan penjara.

Bagaimana di Indonesia? Terus terang saya belum pernah membaca ada aturan denda bagi orangtua yang membiarkan anaknya di mobil sendiri. Tetapi saya berharap aturan itu ada dan sayalah yang belum pernah membacanya. Aturan sedemikian penting paling tidak jika tidak bisa menghentikan kasus serupa setidaknya mengurangi. Australia sendiri meski telah memiliki aturan dan telah berlaku sangat “galak” dalam penerapannya toh masih banyak orangtua yang berani meninggalkan anaknya di mobil, bagaimana di Indonesia yang aturannya saja belum ada. Fungsi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) harus berdaya di sini dengan mengajukan peraturan yang memungkinkan adanya sanksi bagi orangtua yang meninggalkan anak di mobil.

www.news.com.au


Tetapi di luar soal pengadaan aturan dan penegakannya, semua kembali pada kesadaran para orangtua. Anak-anak itu adalah buah dari kasih sayang orangtuanya. Memberikan nafkah dan mencukupi kebutuhan kasih sayangnya masih harus ditambah dengan perlakuan dan perlindungan yang baik. Anak-anak itu milik diri mereka sendiri, bukan miliki tunggal orangtuanya. Orangtua hanyalah tempat menitipkan mereka di sementara waktu.

Brunswick, 4 Februari 2014