Thursday, February 20, 2014

Pelajaran Plagiat dari Kartun Anak 'Arthur'

Arthur dan kawan-kawan sekelasnya mendapatkan tugas dari guru mereka, Mr Ratburn. Salah seorang dari kawan sekelasnya, Francine, merasa tugas tersebut sangat berat. Saat Francine terlihat sedang bingung datanglah Brian yang memberitahukan Francine bagaimana mendapatkan informasi terkait tugas mereka melalui internet.

en.wikipedia.org


Francine kemudian searching banyak informasi dan artikel melalui internet di rumahnya. Begitu dia mendapatkan satu artikel yang menurutnya sangat pas dengan tugas yang diberikan Mr Ratburn, Francine langsung copy-paste artikel tersebut. Hanya sedikit perubahan yakni mengganti judul.

Keesokan hari di kelas Francine langsung menyetor tugas ke Mr Ratburn. Wow...alangkah terkejutnya seluruh kawan sekelasnya. Sementara mereka masih sibuk menyelesaikan tugas, Francine sudah menyetornya.

Perilaku copy-paste Francine sepertinya tidak bakal ketahuan jika saja Catherine, saudaranya, tidak menelepon Fracine keesokan harinya. Rupanya Catherine bermaksud membantu dengan memberitahukan Francine bahwa dia baru saja menemukan satu artikel yang cocok sebagai bahan informasi tugas dari sekolah tersebut. Cek per cek artikel yang dimaksud Catherine itulah yang di-copy-paste Francine. Hah! Catherine seperti tidak percaya. Catherine kemudian menyampaikan kepada Francine bahwa perbuatannya itu adalah plagiat yang disamakan dengan mencuri. Francine yang memang sejak awal tidak tahu jika hal yang dilakukannya adalah plagiat lalu menuruti saran Catherine untuk menarik kembali tugas yang terlanjur disetornya itu.

Sehabis makan malam yang diselingi cerita ayahnya tentang keburukan dari mencuri, Francine lalu bergegas ke rumah gurunya. Sesampai di rumah Mr Ratburn, sang guru memberitahukan Francine bahwa tugas yang disetornya nyaris sempurna. Nilai untuk tugas kamu itu adalah A minus (-), kata Mr Ratburn. Alangkah senangnya Francine meski pada saat yang sama ada rasa bersalah karena telah melakukan plagiat. Sepulang dari rumah gurunya, Francine berpikir untuk membuat ulang tugas tersebut dengan pikirannya sendiri.

Pagi-pagi di kelas Francine menemui Mr Ratburn dan berterus-terang bahwa tugas yang disetor sebelumnya adalah hasil dari plagiat. Francine lalu menyetor tugas yang dikerjakannya sendiri semalam. Mr Ratburn memeriksa dan memberinya nilai B plus (+). Nilainya memang lebih rendah dari tugas hasil plagiat tetapi Francine terlihat jauh lebih senang.

Kisah di atas adalah satu seri dari kartun ‘Arthur’ yang saya dapatkan sinopsis ceritanya terkait plagiarism di http://arthur.wikia.com/wiki/Francine's_Pilfered_Paper . Kartun pendidikan untuk anak-anak yang berasal dari Amerika dan Kanada ini dibuat oleh Cookie Jar Group dan WGBH. Tokoh utama serial kartun yang untuk pertama kali tayang 2 September 1996 silam tersebut adalah Arthur Read, anak laki-laki berusia delapan tahun yang tinggal di Elwood City. Karakter lainnya dalam kartun ini adalah Nigel Ratburn, Francine Alice Frensky, Bionic Bunny, Binky Barnes, dan banyak lagi tokoh karakter lainnya.

www.goodreads.com

Apa pelajaran penting dari satu episode tentang plagiat dalam serial kartun ‘Arthur’ tersebut di atas?

Pertama, pendidikan tentang keburukan plagiat sudah harus ditanamkan sejak dini. Arthur dan kawan-kawannya adalah anak-anak yang baru duduk di sekolah dasar (SD) tetapi sudah berhadapan dengan kemungkinan melakukan plagiat. Di sejumlah negara barat, kelas tiga SD memang sudah mendapatkan tugas menulis. Dengan akses internet yang begitu mudah tentu peluang anak-anak itu menyalin langsung dari internet sangatlah terbuka. Karena itu, para guru, orangtua, dan pihak lainnya berupaya membentengi anak-anak mereka dari perilaku plagiat. Perlaku yang diidentikkan dengan perbuatan mencuri. Bagaimana caranya sehingga anak-anak itu mau dan mudah menangkap pesan tentang keburukan plagiat? Tahu kalau anak-anak senang menonton kartun maka dibuatlah serial kartun pendidikan semacam ‘Arthur’ ini. Berbagai pesan moral, termasuk dampak plagiat, menjadi muatan dari episode ke episode. Hasilnya?

Kedua, mari menjawab pertanyaan di akhir poin pertama di atas tentang hasil dari serial kartun pendidikan. Di luar Francine, sebagaimana cerita di atas, ternyata sebagian besar kawan-kawan sekelas Arthur sudah mengetahui bahwa plagiat itu buruk. Catherine sendiri yang umurnya tidak jauh berbeda dari Francine sudah bisa memberikan nasehat kepada Catherine tentang keburukan plagiat. Bagaimana anak-anak itu, di umur mereka yang baru delapan tahun, sudah mulai melek plagiat? Tentu jawabannya di proses penanaman nilai yang terus-menerus. Tidak di sekolah tidak di rumah, menanamkan moralitas pada anak-anak dilakukan sebagai bagian pendidikan di usia dini.

Ketiga, kegiatan penulisan memang harus dimulai sejak kecil. Kebiasaan berpikir dan menulis kreatif sedari kecil akan membuat anak-anak lebih mandiri jika kelak mendapatkan tugas menulis di jenjang pendidikan selanjutnya. Kebiasaan menulis yang ditanamkan sejak dini tidak saja menumbuhkan keterampilan menulis ketika dewasa, lebih dari sekadar itu. Kebiasaan menulis sejak kecil akan membentuk karakter seorang anak yang menghargai suatu karya, baik karya diri sendiri maupun karya orang lain. Jika suatu bisa menghargai karya sendiri maka otomatis akan menghargai karya orang lain sehingga akan berujung pada sikap menolak segala bentuk plagiat.

Keempat, soal kejujuran untuk mengakui jika telah berbuat salah. Francine setelah mengetahui dirinya bersalah langsung meminta maaf, menarik kembali tugas hasil plagiat yang nilainya A itu, mengerjakan ulang tugas tersebut, dan akhirnya merasa lebih senang karena meski nilainya hanya B tetapi dari hasil jerih payahnya sendiri. Etika meminta maaf, memaafkan, dan berterima kasih merupakan tiga komponen nilai yang terkandung dalam serial kartun ‘Arthur’ di atas. Francine meminta maaf, Mr Ratburn memberi maaf, dan semua orang akan berterima kasih atas kasus tersebut karena pada setiap kejadian selalu ada pelajaran yang bisa dipetik. Terima kasih, Arthur....

Brunswick, 19 Februari 2014

No comments: