Monday, April 30, 2018

29 April (3): Bila Kelak Dipertemukan Kembali...





29 April 2018. Hari ini Makassar cerah berhias awan yang terlihat sangat putih. Mestinya saya berada di sisi kamu seperti yang saya inginkan. Tetapi saya tidak kuasa mewujudkannya. Sangat besar keinginan hati ini merapikan batu-batu yang mengelilingi gundukan tanah keringmu. Juga membersihkan daun-daun bambu dan ranting kecil kering yang berjatuhan dan berserakan di atas tanah itu.
Biasanya saya akan sangat menikmati berduaan denganmu di keheningan. Dalam pertemuan dengan bahasa dan gerik kita masing-masing yang sudah berbeda. Meski demikian, rasa kita sama yakni merindukan pertemuan. Daun-daun kering dari rumpu bambu yang menutupi tanahmu menyerupai selimut,  tentu itu akan sangat menghangatkan di dingin malam. Sementara rindang rumpun bambu akan menjagamu dari terik matahari.
Sejak beberapa pekan lalu saya merencanakan untuk mengunjungimu di hari ini.  Saya akan datang untuk merangkul kamu. Saya akan menimang-nimang kamu. Saya akan duduk persis di samping kamu lalu menceritakan segala kehebatan rindu yang saya pendam kepada kamu. Ternyata saya tidak datang dan itu membuat saya sangat sedih.
29 April 2018. Hari ini Makassar cerah berhias awan yang terlihat sangat putih. Saya tidak memilih berada dalam keramaian dan menampik kesunyian bersama kamu. Walaupun ada banyak gelak tawa, senda gurau, dan percakapan-percakapan yang terdengar riuh. Adakalanya saya mengambil jeda dari keramaian itu karena dirimu tiba-tiba berkelabat dalam ingatan saya.
Tentang ingatan saya ini kepada kamu, sungguh tidak akan sirna. Ia mewujud api abadi yang selamanya menyala. Apinya sedang tidak akan membesar apalagi membakar. Apinya sedang tidak akan pernah mengecil apalagi padam.
Jadi kalau saya berada di keriuhan banyak orang hari ini, percayalah itu tidak mengisi dan menutupi sebuah lubang besar di hati saya. Lubang itu masih terbuka. Saya merasakan lubang itu memiliki pusaran sebagaimana pusaran air. Ia sesekali menyeret saya dalam sedih yang berlarut meski tidak sampai menenggelamkan saya dalam kedalaman duka.
29 April 2018. Hari ini Makassar cerah berhias awan yang terlihat sangat putih. Ada ingatan pada putih lantai yang mengelilingi Ka’bah. Lantai tempat saya duduk tepekur dalam permohonan agar kelak bertemu dirimu kembali. Tidak jauh dari bekas tapak kaki atau makam Nabi Ibrahim a.s. yang diabadikan itu, beberapa meter di belakangnya, seusai thawaf perpisahan, saya merapal doa-doa pengharapan semoga pertemuan kita kelak akan lebih syahdu, Nak….
Makassar, 29 April 2018

No comments: