Thursday, September 29, 2016

Kaki-kaki Kecil Diantara Ribuan Tulip


Pic: Ahmad Syam

Langit cerah dan biru. Sinar matahari yang jatuh di pucuk-pucuk Tulip berkilauan. Peramal cuaca menyebutkan, temperatur akan berkisar antara 10 hingga 22 derajat. Cuaca yang begitu sempurna untuk menghabiskan waktu di atas tanah lapang “berkarpet” ribuan motif bunga Tulip.
Kaki kecil Ayla, anak kami, lincah berlarian diantara bunga-bunga Tulip. Sesekali dia jongkok memegang setangkai tulip lalu menciuminya. Murid kelas satu sekolah dasar (grade one) pada satu primary school tersebut mengaku menyenangi bunga-bunga yang begitu banyak. “I like the pink one,” katanya ketika diminta menyebutkan satu warna dari bunga tulip.
Anak berusia tujuh tahun tersebut datang ke tulips festival memiliki agenda sendiri  selain melihat bunga-bunga. “Saya mau ikut kegiatan menggambar dan mewarnai wajah,” ungkapnya.
Yup, memang dalam event tahunan ini terdapat program children weeks yang menyajikan beberapa kegiatan anak-anak.
Pic: Ahmad Syam

Amira, kakak dari Ayla, juga mengaku sangat menikmati bunga-bunga. Dia bermain di sekitar tulip berwarna purple, warna kesukaannya. Meski merasa kecapean menempuh perjalanan hampir 1,5 jam dari Melbourne ke Tesselaar namun dia senang melihat kegiatan petting zoo dalam program Animal on the Move. Petting zoo adalah kegiatan memberi makan beberapa hewan ternak.
Pengelola festival telah membagi ke-27 hari waktu pelaksanaan dengan tema-tema berbeda per 2-3 hari. Tema-tema tersebut adalah Turkish Weekend sebagai pembuka 9-11 September, lalu ada Yarra Ranges Week, Dutch Weekend, Children Weeks, Food, Wine & Jazz Weekend, dan ditutup Irish Weeked pada 30 September - 4 October.
Khusus Children Weeks sepertinya sengaja diaturkan waktu sesuai dengan libur anak sekolah di negara bagian Victoria, 18 September - 3 Oktober. Tujuan agar para orangtua memiliki waktu mengajak anak-anak mereka ke festival. Di Children Weeks, anak-anak mendapat hiburan dari kelompok musik The MikMaks. Kelompok musik yang membawakan lagu anak-anak tersebut membuat anak-anak berjoget, tertawa, berjingkrak-jingkrak, dan ikut bernyanyi. Pada area lainnya yakni di Fairy Hollow anak-anak telah ditunggu oleh Fairy Monica yang duduk di atas pohon.
Pic: Ahmad Syam

Tepat di bawah dahan tempat Monica duduk terdapat pelangi terbuat dari papan yang bisa dinaiki anak-anak. Kegiatan di Fairy Hollow ini ditutup dengan story yang dibawakan Monica yang membuat anak-anak sesekali terdiam, lalu tiba-tiba berteriak begitu serunya story dari Monica.

Kegiatan favorit lainnya di Children Weeks adalah pelatihan crafting dan menggambar, dan, tentu saja, face painting. Anak-anak terlihat serius membuat crafting didampingi orangtua dan pengelola kegiatan. Mereka yang sudah menyelesaikan craftnya dengan bangga berfoto dengan hasil karyanya tersebut.
Festival Tulips Tesselaar yang mulai diselenggarakan sejak 1954 tersebut telah memasuki tahun ke-63 pada 2016 ini. Sumber resmi dari panitia menyebutkan, untuk penyelenggaraan kali ini terdapat kurang lebih 100 ribu tulip dari 120 jenis yang ditanam pada lahan seluas 25 hektar.
Pic: Ahmad Syam

Pengelola perkebunan Tesselaar, satu farmland luas yang berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Melbourne, memang telah berpengalaman puluhan tahun mengelola Tulips Festival. Para pengunjung tidak hanya dimanjakan dengan aneka warna dan jenis Tulips tetapi juga beragam program lainnya.

Panggung hiburan, tempat bermain anak-anak, kafe, dan restoran dengan sajian beragam jenis makanan (sandwiches, twisty potatoes, baked potatoes, pizza, fish, healthy snacks, ginger bread, dan lainnya). Bahkan, sejumlah keluarga menggelar tikar di atas rumput, menikmati makanan yang dibawa dari rumah (bring your own picnic lunch too is welcomed). Duduk atau tiduran sambil menghangatkan tubuh di bawah sinar matahari yang tidak begitu panas.
Untuk menuju lokasi Tulip Festival memang melelahkan tetapi begitu sampai di lokasi rasa lelah langsung terbayarkan. Jika dari Melbourne menggunakan waktu sekitar 1 jam hingga 1,5 jam, baik menggunakan kendaraan pribadi, bus, maupun transportasi publik.

Khusus pengguna transportasi publik dari Flinders Station mengambil kereta jurusan Lilydale dan Belgrave. Begitu turun di stasiun di Lilydale/Belgrave sudah tersedia shuttle bus yang akan membawa ke lokasi festival.

Sementara pengguna kendaraan pribadi juga mendapatkan kenyamanan karena tersedia lahan parkir yang luas dan gratis. Lokasi parkir pun tidak jauh dari pintu masuk tulips farm. Pengalaman dan kemampuan menyajikan kenyamanan bagi pengunjung membuat banyak orang merasa tidak bosan untuk berkunjung setiap tahun.
Pic: Ahmad Syam

Tawaran kegiatan yang beragam dengn lokasi yang nyaman untuk bersantai adalah kunci kenapa orang-orang datang ke Tulip Festival. Bahkan, menurut sumber resmi lainnya, pada weekend jumlah pengunjung bisa mencapai 20-30 ribu orang per hari.

Biaya tiket untuk masuk juga relatif terjangkau yakni $24 ($20 untuk konsesi) bagi orang dewasa sedangkan anak-anak di bawah usia 16 tahun gratis jika datang bersama orangtuanya.

Suguhan tambahan adalah karya seni dalam bentuk sculpture dan art creation lainnya yang dipajang diantara tanaman tulip.

So, berkunjunglah ke Tulip Festival dan nikmati sepetak hamparan karpet "surga" dari bunga-bunga tulip….

Brunswick, 29 September 2016

http://www.australiaplus.com/indonesian/wisata-nad-budaya/menapaki-sepetak-hamparan-surga-di-festival-tulip-melbourne/7901040

Monday, June 20, 2016

Sekolah, Award, dan Kecerdasan Sosial


Assembly setiap Senin (Ahmad Syam)

Senin (20/6) pagi di sekolah di mana saya menitipkan Ayla untuk belajar berlangsung seperti biasanya. Rutin di setiap awal pekan ada Assembly, sejenis upacara bendera meski tidak benar-benar sama karena dilakukan di dalam aula dan sambil duduk pula.
Pada setiap Assembly diumumkan program-program kegiatan murid seminggu atau sebulan ke depan. Juga disampaikan hasil kegiatan yang telah dilakukan pekan-pekan sebelumnya. Bukan hanya itu, seperti biasa jejak rekam aktivitas murid di dalam kelas dan di per kegiatan sepekan sebelumnya diungkap. Murid yang dianggap menonjol dalam beberapa hal mendapatkan apresiasi dalam wujud Achievement Award. Penghargaan yang meski hanya dalam bentuk selembar kertas kecil dan (mungkin) secara materi tidak bernilai tetapi kerap ditunggu-tunggu para murid dan dibanggakan para orangtua, termasuk saya.
Ada dua hal menarik dari Achievement Award tersebut yang menjadikan bukan sekadar pengumuman rutin per Assembly. Hal yang menjadikannya sebagai kegiatan biasa yang menghasilkan efek yang luar biasa.

Pertama, Achievement Award berlangsung secara kontinyu mengikuti kegiatan Assembly. Achievement Award akan tidak diumumkan atau ditiadakan jika pada Senin juga tidak berlangsung Assembly. Kontinuitas tersebut seumpama mesin yang menggerakkan semangat murid tiada henti atau, seperti suatu benda yang berotasi pada sumbunya terus-menerus. Uniknya, meski Achievement Award rutin ‘berotasi’ tetapi setiap murid seolah menunggu sesuatu yang baru di hari Senin.
Kedua, konten Achievemnt Award ini tidak melulu tentang prestasi akademik siswa dalam kelas atau di sekolah. Ini tidak semacam penyampaian mengenai peringkat akademik siswa, kalau pun dihubungkan dengan prestasi akademik bentuknya bukan dalam pola pemeringkatan tetapi pencapaian. Misalnya, suatu waktu Ayla pernah mendapatkan award karena berhasil menguasai satu sistem perhitungan dalam matematika.

Jadi apa isi yang dominan dalam award tersebut? Selain prestasi dalam olahraga dan seni, award ini ternyata sangat-sangat mengutamakan relasi sosial murid, baik dalam kelas maupun di sekolah secara umum.
Saya mengambil contoh bagaimana Achievement Award sungguh-sungguh ingin menguatkan kecerdasan sosial murid sebagai pendamping kecerdasan intelengsia mereka dari dua award terakhir yang diberikan kepada Ayla.

Senin (30/5) lalu Ayla mendapatkan award For Excellent Listening and always Participating Well in Class, jika dialihbahasakan barangkali bunyinya Penghargaan karena telah Bertingkah Baik dan Aktif di dalam Kelas. Sebagai orangtua, saya tentu bangga plus senang mengetahui Ayla aktif di dalam kelas karena berpartisipasi aktif di kelas adalah dasar-dasar rasa percaya diri. Senangnya saya bertambah-tambah mengetahui sekolah mengapresiasi dan menumbuhkan kepercayaan diri murid dalam bentuk award.
Hari ini, Senin (20/6), nama Ayla kembali disebut sebagai penerima award sekaligus Achievement Award ke-4 baginya sejak terdaftar sebagai murid 2015 lalu (Prep Class & Grade 1). Dalam lembaran kertas award berbunyi For All Your Help with Packing Up a Messy Activity in Art. Maksud award ini kira-kira untuk menilai Ayla yang telah ikut membantu gurunya merapikan ruangan setelah kegiatan kelas Art. Ikut membantu guru adalah cikal bakal dari senang membantu orang lain yang secara sosial menumbuhkan rasa empati dan simpati.

Penguatan kecerdasan sosial memang tercantum dalam lembaran kertas Achievement Award. Sisi kecerdasan ini dianggap bagian yang mendukung keberhasilan murid kelak. Kunci sukses atau Keys to Success, berdasarkan lembaran Achievement Award, adalah confidence (percaya diri), persistence (kesungguhan), organisation (kerjasama), getting along (keharmonisan), dan emotional resilience (kemandirian emosional). Kunci sukses tersebut menyertakan nilai-nilai kebaikan seperti respek, bertanggung jawab, dan jujur.
Semoga model sekolah dengan format pembelajaran di sekolah tempat Ayla belajar bisa tumbuh di mana-mana. Sekolah-sekolah yang membangun mentalitas murid, yang menumbuhkan keharmonisan dalam perbedaan, dan yang menguatkan kepedulian pada sesama. Sekolah yang tidak terjebak dalam angka-angka, peringkat, dan segala jenis akreditasi saja. Sekolah yang menyandingkan prestasi akademik dan prestasi sosial. Sekolah yang mengajarkan hidup yang lebih berdaya....
Brunswick, 20 Juni 2016


Friday, April 29, 2016

29 April (1) : Daun Kering dalam Duka Hujan


29 April 2016. Melbourne diguyur hujan hampir seharian. Basah di mana-mana. Meski air mengalir riang di pertemuan ujung aspal dan trotoar, pada beberapa bagian terlihat genangan karena tertahan tumpukan daun-daun yang berusaha melawan. Hujan di musim gugur memang tidak akan menyenangkan bagi daun-daun itu. Seharusnya, begitu mereka melepaskan diri dari ranting-ranting, mereka bebas berlarian di atas aspal. Kenyataannya, air hujan tidak hanya memaksa mereka jatuh dari ranting di luar kemauannya tetapi mengapungkan mereka ke mana-mana. Sebagian lainnya seolah kehilangan kekuatan untuk bergerak, seperti terikat kuat di aspal-aspal.
Tentu tidak semua daun meratapi hujan seperti ratapan sebagian orang yang selalu ingin terjaga di bawah sinar matahari. Banyak daun-daun yang tentu saja akan berterima kasih pada hujan yang telah membasuh mereka dari debu-debu tipis yang menempel selama berhari-hari. Air hujan menyegarkan kembali daun-daun muda. Air hujan mengilaukan daun-daun tua menjadi coklat cerah atau pun merah terang. Persis seperti orang-orang yang memetik hikmah dari hujan ketika mereka mengambil jeda waktu sejenak dari kesibukan di jalan-jalan. Orang-orang yang sengaja berdiam diri agar mereka memiliki waktu untuk intim pada diri sendiri, agar sesekali ada kesempatan melembabkan hati.

Adakah hujan pernah menimbang daun-daun yang berduka atau bersuka atas keberadaannya? Hujan tidak perlu memberi klarifikasi karena ia tidak berlindung di balik alasan-alasan tersebut untuk menjatuhkan bulir-bulir air dari awan. Hujan hanya menjalankan peran menyeimbangkan kehidupan. Airnya kelak menjumpai siapapun yang mungkin diam-diam telah lama merinduinya.
Saya selalu merindui hujan meski hujan pada 29 April ini membuat saya salah tingkah. Hujan membasahi perasaan suka saya, tetapi 29 April mengikat saya sangat kuat pada duka. Dua kejadian yang pada satunya saya ingin berlama-lama, sedangkan pada satunya yang lain saya tidak ingin berada di waktu itu. Akhirnya,  seperti yang saya duga sebelumnya, hujan hari ini tidak hanya melembabkan hati saya tetapi juga mengapungkan perasaan saya ke 29 April setahun yang lalu.
29 April 2016. Melbourne diguyur hujan hampir seharian yang membuat tubuh saya seperti daun-daun kering itu. Tubuh saya bergerak ke mana-mana terbawa aliran air hujan di cekungan pertemuan jalan dan trotoar, tetapi ingatan saya terikat kuat padamu, Nak.
----

Wednesday, April 20, 2016

Seberapa Sering Anda Berteriak, Eureka! Eureka!?


 
Seberapa sering Anda berteriak, Eureka! Eureka!?
Berada di ketinggian 297 meter Eureka Tower mengingatkan saya pada seorang ahli Matematika dan Fisika, Archimedes. Saya membayangkan bagaimana penemu asal Yunani, tepatnya di Sirakusa, itu berlari-lari di jalan menuju istana. Mungkin saking gembiranya sehingga dia lupa bahwa dia yang sedang mandi di bak air bergegas dan berlari dalam keadaan telanjang.
Di sepanjang jalan, Archimedes meneriakkan satu kata seru dalam Bahasa Yunani Kuno, Eureka! Eureka! Saya menemukannya! Saya menemukannya! Ya, kata ini sangat dekat dengan heuristic yang merupakan seni dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan suatu penemuan.
Saya tidak ingin berpanjang lebar bersama ilmuwan Yunani yang hidup pada tahun-tahun Sebelum Masehi (SM) itu. Cukuplah memperkenalkan dia sebagai penemu teori gaya dan tekanan yang terkenal dengan Hukum Archimedes. Cukup itu saja karena otak saya agak susah diajak berpetualang di alam teori-teori sedemikian. Apalagi sejarah Eureka Tower tidak bersangkut paut dengan Archimedes. Hanya karena ikatan ‘Eureka’ sehingga setiap mendengar kata itu ingatan saya tertuju pada Archimedes
Sejarah memang mencatat bahwa ‘Eureka’ menjadi kata yang sangat populer karena Archimedes. Andai saat itu Archimedes tidak meneriakkan, Eureka! Eureka! Boleh jadi ‘Eureka’ tetap menjadi kata seru biasa.
Popularitas ‘Eureka’ bertambah beberapa tahun kemudian, persisnya pada 1796. Ahli Matematika Friedrich Gauss mengulang teriakan Archimedes. Dia menuliskan kata Eureka dalam diarinya ketika menemukan teori baru dalam Matematika, sebuah teori yang sekarang dikenal sebagai Teorema Eureka.
Yarra River meliuk-liuk diantara bangunan jangkung (Ahmad Syam)
 
Penggunaan kata ‘Eureka’ terus meluas terutama dengan mengaitkannya pada pertambangan-pertambangan. Penemuan pertambangan kerap mengikutsertakan kata sakti tersebut. Dari nama perusahaan tambang, nama wilayah daerah tambang, hingga motto suatu wilayah yang kaya hasil tambang seperti California yang sejak 1849 menggunakan motto, Eureka! Sangat mungkin maksud teriakan para penambang dan pengusaha tambang itu adalah, saya menemukan (tambang baru)!
Tentu teriakan dalam dunia tambang bukan hanya ketika menemukan area tambang baru. Boleh jadi mereka yang bergelut dalam usaha penambangan juga akan berteriak kencang tatkala menemukan cara baru mendapatkan keuntungan lebih besar. Eureka! Eureka! Saya menemukan (keuntungan lebih besar)! Seperti itulah yang berlangsung di satu wilayah Negara Bagian Victoria, Australia, bernama Ballarat.
Tahun 1850-an adalah masa-masa jaya pertambangan emas di Ballarat. Ribuan orang dari berbagai negara seperti Jerman, Italia, Inggris, Wales, Skotlandia, Rusia, dan China berbondong-bondong masuk ke Victoria. Pada masa itu diperkirakan hampir 60 persen penduduk Victoria adalah para imigran yang memburu emas di Ballarat.
Kegiatan penambangan berlangsung tertib hingga suatu waktu penguasa Inggris Raya membuat kebijakan lisensi bagi para pekerja tambang. Mereka, para pekerja itu, diharuskan membayar biaya lisensi yang besarnya 30 shillings atau setara 3 dollar setiap bulannya. Tentu saja para pekerja terbebani sehingga terjadilah kontak fisik antara pihak keamanan Australia yang mewakili penguasa Inggris Raya dengan para pekerja.
Desember 1854 pecah kontak fisik antara kedua belah pihak selama kurang dari 30 menit dengan korban meninggal ditaksir 27 orang yang sebagian besar pekerja tambang. Peristiwa berdarah ini, dalam catatan sejarah, dinamai Eureka Rebellion di mana para pekerja tambang dianggap melakukan pemberontakan.
Penggunaan kata ‘Eureka’ atas peristiwa di atas tidak lepas dari nama perusahaan yang mengoperasikan kegiatan tambang saat itu, Eureka Mining Company. Eureka juga akhirnya dipakai menamai suatu daerah kecil berpenduduk 629 jiwa yang berjarak kurang dari dua kilometer dari pusat kota Ballarat.
Kata ‘Eureka’ menjadi perekat kenangan masa lalu dan kini. Kenangan temuan tambang emas di masa lalu yang berkontribusi atas perekonomian saat ini. Kenangan yang tercermin dari sebuah tower yang menjadi satu dari beberapa ikon Kota Melbourne, Eureka Tower.
 
Bangunan yang rampung pada 2006 tersebut berdiri angkuh dengan arsitektur modern; menjadi bangunan tertinggi dari seluruh gedung-gedung pencakar langit di Melbourne. Mahkota berwarna emas di pucuk tower adalah cerita dari masa lalu bahwa temuan emas telah mengubah persepsi tentang tanah Australia, dari tanah pembuangan menjadi tanah pengharapan. Sayang, masa-masa keemasan tersebut ternoda oleh peristiwa berdarah Eureka Rebellion yang ditandai dengan garis merah di mahkota emas tower.
Seberapa sering Anda berteriak, Eureka! Eureka!?
Eureka Tower diprediksi dalam 3-4 tahun ke depan tidak lagi menjadi bangunan paling jangkung di Melbourne. Gedung yang diberi nama Australia 108  dan hanya berjarak beberapa meter dari Eureka Tower bersiap mengambil alih posisi bangunan tertinggi se-Melbourne. Nah, pada saat itu tiba, masyarakat Melbourne akan berteriak, Eureka! Eureka! Saya menemukan (gedung lebih tinggi)!
Bakal gedung tertinggi di Melbourne sedang dibangun di lahan kosong itu (Ahmad Syam)
 
Tetapi, bukankah menjadi wajar jika setiap waktu kita bisa berteriak, Eureka! Eureka! Mungkin tidak harus menjadi sekaliber Archimedes yang mengubah teriakan tersebut menjadi teori besar. Juga tidak mesti karena mendapatkan keuntungan besar sebagaimana penambang-penambang itu. Ketika berhasil menemukan gagasan dan ide baru; ketika menemukan cara mengatasi kesulitan hidup sehari-hari pun kita pantas berteriak sekencang-kencangnya, Eureka! Eureka! Saya menemukan (semangat hidup baru)!
Jadi, seberapa sering Anda berteriak, Eureka! Eureka!?
Brunswick, 20 April 2016

Monday, March 7, 2016

Three in One Tahunan di Sydney Road

 
Ribuan warga Moreland khususnya dan Melbourne umumnya tumpah ruah di Sydney Road. Mereka berbaur dari perempatan Victoria Street-Sydney Road hingga perempatan Union Street-Sydney Road. Pria-wanita, tua-muda, serta anak-anak berjalan kaki sepanjang 900 meter sambil sesekali singgah di stall untuk menikmati makanan, minuman, atau berbelanja segala rupa produk dari buku, pakaian, asesoris, dan peralatan elektronik.
Sebagian orang yang tidak sedang ingin mencicipi aneka sajian kuliner seperti barbaque atau segala jenis masakan dari beragam negara, atau yang tidak sedang berminat menikmati aneka soft drink, termasuk es kelapa muda, mereka akan mampir di beberapa tempat di mana berlangsung atraksi sulap, mini-sirkus, atau musik jalanan.
 
 
Orang-orang akan betah berlama-lama menyantap makanan di dalam atau di luar tenda. Orang-orang akan betah berdiri menyaksikan aneka atraksi seolah tidak terganggu terik matahari. Anak-anak pun terlihat riang dalam gandengan orangtua masing-masing. Sebagian dari mereka bermain di stall yang menyajikan permainan anak-anak, ikut antri di stall face-painting, dan sebagian lainnya berkerumun menyaksikan atraksi sulap.
Keriangan para warga itu bertambah-tambah karena secara umum langit di atas Melbourne hari ini, Minggu (2/3), sangat cerah. Memang matahari terang benderang namun suhu rata-rata hanya berkisar 12 hingga 21 derajat celsius sehingga orang-orang merasa nyaman “berjemur” ria di atas salah satu jalanan tersibuk di wilayah Negara Bagian Victoria tersebut. Maka, sempurnalah agenda tahunan Sydney Road Party tersebut.
 
 
 
Sydney Road Party telah berlangsung selama kurang lebih 20 tahun sejak pertama kali digelar 1994 silam di mana dalam tradisinya berlangsung hanya satu hari. Meski nuansa hiburan sangat kental dalam event ini, namun substansi lain dari Sydney Road Party bukan semata hiburan.
Dari sekian stall hiburan yang meramaikan Sydney Road Party juga terdapat stall terkait kegiatan komunitas di Moreland dan sekitar Melbourne. Kelompok komunitas lokal atau local community hadir untuk memberikan informasi atas eksistensi mereka. Komunitas lokal itu menyajikan program mereka sekaligus mengajak masyarakat untuk terlibat dan peduli akan masyarakatnya. Tidak sedikit dari komunitas tersebut juga menjadikan event Sydney Road Party untuk kegiatan fund-raising dengan menjual produk-produk hasil kreasi mereka.
 
 
Nah, kehadiran kelompok-kelompok komunitas di event sekelas Sydney Road Party yang dihadiri ribuan warga menjadi kredit poin bagi pemerintah kota (pemkot) sebagai penyelenggara kegiatan tersebut. Pemkot Moreland berhasil menyatukan antara hiburan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat dalam satu event. Persis  tiga slogan yakni pesta, buku, dan cinta yang menyatu dalam satu atau three in one (3 in 1). 
Kenapa konsep 3 in 1 di Sydney Road Party menarik karena tidak semua warga kota tentu punya waktu untuk mendatangi atau sekedar mencari tahu informasi tentang kelompok komunitas di sekitar tempat tinggalnya. Kesibukan dan keterbatasan waktu adalah kendala utama. Tetapi berkat Sydney Road Party seluruh warga kota bisa bertemu, bertanya, menggali informasi, dan bahkan mendaftar sebagai anggota baru di kelompok-kelompok tersebut.
 
 
Keberadaan kelompok komunitas adalah suatu keniscayaan dalam masyarakat modern. Fungsinya tidak hanya untuk menghimpun minat sosial warga tetapi juga untuk menjaga soliditas sosial. Bahkan, dalam sistem pemerintahan yang modern, kelompok-kelompok komunitas ini bisa menggantikan peran pemerintah dalam upaya penguatan keterampilan dan pengetahuan warga setempat.
Brunswick, 2 Maret 2014
http://news.detik.com/australia-plus-abc/3159416/pengalaman-warga-indonesia-ikut-sydney-road-festival-di-melbourne#main
http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-03-07/pengalaman-warga-indonesia-ikut-sydney-road-festival-di-melbourne/1555796

Catatan:
Sejarah Sydney Road

Sydney Road yang menjadi tempat penyelenggaraan event tahunan tersebut bukan hanya jalan penopang dan penghubung antara City of Melbourne dengan wilayah-wilayah di pinggiran kota. Dalam catatan sejarah, jalan ini adalah poros utama sejak masa ‘gold rush’ di Victoria. Pada masa itu, jalan yang mulai dibangun sejak tahun 1850-an merupakan jalan utama bagi penambang emas dari Melbourne ke Ballarat atau sebaliknya. Tidak heran jika jalan sepanjang 24 kilometer tersebut dipenuhi bangunan-bangunan toko, restoran, dan hotel di kanan-kirinya. Sejumlah bangunan tersebut masih mempertahankan bangunan lama sehingga bila menyisir jalan Sydney Road seperti berada di era 1850-an.

Keramaian bangunan toko, restoran, kafe, dan hotel masih berlangsung hingga sekarang di jalan yang sebelum tahun 1859 dikenal dengan nama Pentridge Road. Dalam peta kunjungan wisata di Melbourne, Sydney Road adalah tempat bagi para wisatawan menikmati makanan dan minuman di restoran dan kafe yang berjejer di sepanjang jalan.
 

Wednesday, February 10, 2016

Mendorong Replikasi Inovasi di Daerah



Best practices, sebagai suatu konsep, bermula dari gagasan-gagasan kreatif atau lazim disebut sebagai inovasi yang dijalankan sebagai solusi menjawab masalah-masalah baru dan, atau, sebagai cara untuk mengatasi masalah-masalah lama dengan cara yang baru. Inovasi merupakan dasar konsep best practices meski tidak semua inovasi pada akhirnya dapat dikategorikan sebagai best practices karena hanya inovasi yang sustainable (berkelanjutan) yang dianggap sebagai best practices.

***
 
Apa sesungguhnya definisi best practices? Berdasarkan “Report of the Preparatory Committee for the United Nations Conference on Human Settlements” yang dipresentasikan di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), indikator best practice antara lain: [1] adanya dampak nyata, jelas, dan telah terbukti terhadap peningkatan kualitas hidup manusia; [2] adanya kemitraan yang efektif antara pemerintah, swasta, dan masyarakat; dan [3] adanya dampak yang berkesinambungan baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan (Nicholas You and Vincent Kitio, 2006). 
        
Beberapa kata kunci dari indikator best practices di atas seperti kualitas hidup yang meningkat, efektifitas, dan kesinambungan menunjukkan korelasi dengan pengertian inovasi bila inovasi diterjemahkan sebagai penemuan baru. Dari hidup yang tidak berkualitas menjadi berkualitas, atau, dari sistem tidak efisien menjadi efisien menandakan adanya unsur baru. Demikian, unsur “kebaruan” menjadi dasar dari inovasi.
 
Namun demikian, di sektor publik pengertian inovasi tidak harus menekankan adanya unsur kebaruan. Inovasi dalam sektor publik juga dapat berarti perbaikan. Menjadi lebih baik tidak mesti dari sesuatu yang sama sekali baru. Untuk memperbaiki layanan publik, misalnya, suatu pemerintah daerah tidak mesti menemukan sesuatu yang baru untuk dianggap inovatif. Pemerintah daerah bersangkutan juga bisa dianggap telah inovatif jika memperbaiki layanan publiknya meski dengan cara mereplikasi program/kebijakan yang sudah ada. Apalagi ongkos program dari proses replikasi lebih murah dibandingkan biaya pembuatan program baru.
 
Sejauh ini, replikasi sebagai proses meniru, menyontek, dan repitisi bukan sesuatu yang buruk. Berbeda halnya pada konteks produksi barang. Kegiatan menjiplak produk dari suatu perusahaan, apalagi tanpa seizin perusahaan pemilik produk, dikategorikan sebagai plagiat dan, bahkan, merupakan tindakan kurang terpuji. Pada konteks kebijakan publik upaya-upaya menduplikasi program/kebijakan yang dianggap lebih bagus, lebih maju, dan lebih baik malah harus didorong.
 
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam mereplikasi suatu program/kebijakan. Aspek-aspek tersebut antara lain: [1] apakah program inovasi tersebut sungguh-sungguh merupakan inovasi yang sudah berhasil atau terbukti; [2] apakah program inovasi dapat diadopsi atau ditransfer oleh daerah lainnya; [3] apakah daerah yang melakukan replikasi memiliki kapasitas untuk mengimplementasikan program/kebijakan inovasi tersebut; dan [4] melakukan identifikasi pendekatan-pendekatan dan metodologi dalam mereplikasi praktik-praktik yang terbukti berhasil (Adriana Alberti and Guido Bertucci, 2006).
 
Melakukan kajian mendalam sebelum melakukan replikasi program sangat penting mengingat tidak semua program, apalagi bila program tersebut termasuk baru, yang diterapkan di suatu daerah akan cocok untuk daerah lainnya. Faktor-faktor seperti kultur, kemampuan sumber daya manusia, dan tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan penting. 
                                                                                                         
Penolakan masyarakat ketika pemerintah daerah memperkenalkan suatu program baru boleh jadi disebabkan adanya ketidaksesuaian budaya antara daerah asal program inovasi dengan daerah tujuan. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat terhadap suatu program baru.
 
Pada sisi lain, faktor kesiapan sumber daya manusia, dalam arti kualitas staf pemerintahan dan “anggaran” replikasi juga termasuk faktor penentu berhasil tidaknya proses replikasi. Untuk kedua faktor terakhir rencana replikasi memang harus memiliki perencanaan dana yang matang. Pelatihan staf yang nantinya sebagai penanggung jawab program membutuhkan anggaran yang tidak kecil. Pemerintah daerah yang akan melakukan replikasi biasanya menganggarkan biaya studi banding untuk ongkos staf yang diutus mempelajari program yang akan direplikasi. 
                         
Bagaimana pemerintah daerah mendapatkan informasi tentang program inovasi dan best practices? Sekarang ini informasi tentang program inovasi dan best practices tersebut “melimpah ruah” di jejaring informasi global. Praktik-praktik cerdas dari yang berskala nasional hingga internasional akan dengan mudah diperoleh melalui buku-buku dan internet. Bahkan sejumlah lembaga baik nasional maupun internasional membuat website resmi yang memuat program-program inovasi. 

Ayo, teruslah berinovasi!