Tuesday, November 7, 2017

Ketika Putaran Bumi di Australia "Terhenti"



Event apa yang membuat putaran bumi di Australia, terutama di Melbourne, seolah-olah sejenak “terhenti”?

Jawabannya bukan Australia Open, Formula One, MotoGP, Grand Final Australia Football League (AFL), dan bahkan, bukan Federal Election untuk menentukan perdana menteri. Event tersebut tidak lain Melbourne Cup Day yang juga terkenal sebagai ajang pacuan kuda tahunan terbesar yang digelar setiap Selasa pertama di bulan November.

Ya, hari ini Selasa (7/11) event tersebut tengah berlangsung dan baru saja menyelesaikan puncak pacuan pukul 3.20 siang waktu Melbourne yang dimenangkan kuda ‘Rekindling’ yang di-joki-i oleh Corey Brown. Sebagai pemenang, Rekindling berhak atas hadiah Rp3,6 miliar dari total hadiah Rp6,2 miliar.

Mengapa event ini menjadikan bumi di Australia sejenak “terhenti”? Tidak saja karena event pacuan kuda ini sejak dahulu dijuluki “the race that stops the nation”, tetapi juga karena antusiasme orang-orang untuk datang di arena pacuan Flemington Racecourse begitu tinggi. Rata-rata setiap tahun jumlah penonton yang datang langsung kurang lebih 100 ribu orang dan yang menyaksikan melalui TV, memantau melalui internet, mendengarkan dari radio baik di Australia maupun di sejumlah negara mencapai 650-700 ribu orang. Pusat pertokoan tutup. Dan menjelang puncak lomba pukul 3 siang jalan-jalan mendadak sangat sepi karena bagi mereka yang tidak sempat datang ke Flemington, mereka berkumpul di kafe-kafe atau berdiam di rumah masing-masing menyaksikan lomba dari layar TV.


Tetapi tidak semua orang di Australia menyambut senang dan gembira dengan Melbourne Cup Day yang sekarang menjadi public holiday untuk negara bagian Victoria dan di wilayah Australia Capital Territory (ACT). Saya memilih beberapa orang secara random untuk memintai tanggapan mereka seputar Melbourne Cup Day.

Giuseppe, migran asal Italia yang telah menetap di Australia kurang lebih 51 tahun, mengatakan tidak setuju dengan Melbourne Cup Day karena menjadi ajang untuk berjudi. Orang-orang membuang-buang uang untuk sesuatu yang sama sekali tidak lebih penting ketimbang membelikan makanan buat keluarga mereka. Senada dengan Giuseppe, Alejandra yang baru datang dari Chili beberapa bulan lalu juga tidak sepakat. Menurutnya, total hadiah $6,2 juta (sama dengan Rp62 miliar jika kurs Rp10.000 untuk $1) terlalu besar untuk ajang pacuan kuda sementara di belahan dunia lain begitu banyak orang-orang yang tidak punya uang untuk membeli makanan.

Tetapi Jian mempunyai pendapat lain. Jian yang telah menetap di Australia selama 21 tahun mengatakan, dari sisi ekonomi Melbourne Cup Day bagus karena menggerakkan aspek-aspek ekonomi. Orang-orang dari berbagai kota di Australia, bahkan dari berbagai negara, akan berkunjung ke Melbourne. Mereka datang bukan hanya untuk menonton tetapi juga berbelanja.

Seorang staf pengajar di lembaga NGO, menjelaskan lebih detail alasan orang-orang yang tidak begitu senang pada Melbourne Cup Day. Menurutnya, hal paling mendasar adalah karena perlakuan terhadap kuda termasuk kejam. Sejak kecil kuda-kuda itu terbatas ruang geraknya dalam kegiatan latihan saja, kadang kuda-kudatersebut diberikan makanan penamah energi yang tidak normal bagi binatang, dan dalam arena pacuan kuda-kuda sangat mungkin jatuh dan cidera. Ironisnya, setelah kuda-kuda tersebut dianggap tidak bisa maksimal lagi untuk ikut ajang pacuan kuda atau cidera, maka nasibnya berakhir di tempat-tempat pemotongan hewan.

Kenapa nasib kuda-kuda eks-pacuan umumnya berakhirnya di rumah pemotongan hewan? Pertama, karena kuda eks-pacuan mengalami cidera yang mustahil bisa kembali normal. Hanya sekitar 2 persen dari kuda-kuda itu bisa kembali normal. Kedua, kuda eks-pacuan tidak memilki keahlian lain selain di lintasan pacu karena sejak kecil memang dilatih untuk itu. Akibatnya, setelah pensiun dari lintasan kuda tidak dapat digunakan untuk tugas yang lain. Ibaratnya orang yang sejak kecil dilatih/fokus untuk satu kegiatan, nah, tentu saja orang tersebut hanya bisa mengerjakan yang diajarkan kepadanya saja.


Kelompok yang tidak setuju gelaran Melbourne Cup Day telah memulai aksi protes mereka satu-dua hari menjelang hari-H. Kemarin, Senin (6/11), sejumlah orang berkumpul untuk mengampayekan anti-pacuan kuda di jalan yang juga nantinya menjadi tempat para pendukung pacuan berparade. Dan hari ini, Selasa (7/11), ketika orang-orang berbondong-bondong ke Flemington untuk berlibur sambil menikmati acara pacuan kuda, kelompok yang anti-pacuan kuda juga bergerak ke Flemington untuk berlibur dengan acara yang berbeda: menentang bentuk-bentuk kekejaman terhadap binatang.

Sejarah Melbourne Cup Day


Melbourne Cup Day untuk tahun ini (2017) adalah pacuan yang ke-156 sejak pertama kali digelar pada tahun 1861. Selain hadiah uang yang fantastis pada ajang dengan jarak yang ditempuh 3,200 meter ini , hal lain yang membuat event ini menjadi gemerlap karena berangkai dengan ajang lain yakni Melbourne Cup Carnival. Sebenarnya Melbourne Cup Carnival ini bukan ajang tersendiri tetapi yang melengkapi Melbourne Cup Day. Para penonton yang datang, terutama perempuan, menggunakan pakaian dan topi terbaik mereka untuk turut dalam acara parade.

Ya, boleh dibilang Melbourne Cup Day tidak sekedar lomba pacuan kuda tetapi ajang fashion terbesar. Data 2012 lalu, ajang “fashion” ini menampilkan kurang lebih 46,461 jenis topi, 29,990 tas jinjing, serta 57,334 pasang sepatu.

Meski Melbourne Cup Day sebagai pacuan kuda terbesar diselenggarakan di Melbourne, tidak berarti lomba pacuan kuda hanya diselenggarakan di Melbourne. Pada hari itu, di beberapa kota besar hingga kota-kota kecil lainnya di seluruh Australia juga menggelar lomba yang sama sebagai rangkaian dari Melbourne Cup Day di level lokal.
 Brunswick, 7 November 2017


No comments: