Wednesday, November 8, 2017

Perokok Berkurang di Zaman Now



Menyalin berita dari AlJazeraa, tembakau dianggap masih menjadi faktor utama penyebab penyakit-penyakit kronis selain kanker dan jantung. AlJazeera mengambil data badan kesehatan dunia WHO yang memperkirakan tembakau berkontribusi pada kematian penikmatnya (khususnya perokok) di seluruh di dunia sekitar 7 juta jiwa setiap tahunnya. Meski demikian, berkembang kabar baik bahwa jumlah perokok dalam 20 tahun terakhir berkurang signifikan.
Apa yang membuat jumlah perokok terus menurun? Sejumlah negara mulai memperketat kebijakan tembakau khususnya yang terkait produksi rokok. Kebijakan menaikkan pajak produk tembakau adalah satu cara yang dinilai paling efektif melawan kekuatan perusahaan tembakau. Selain itu, sejumlah negara juga sukses dalam upaya menelorkan kebijakan menaikkan harga rokok.

Australia adalah contoh negara yang berhasil menekan jumlah perokok dengan menetapkan harga rokok yang cukup tertinggi, bahkan tertinggi di dunia yakni $18 per pack (setara Rp180 ribu per bungkus). Berdasarkan daftar harga rokok negara-negara di dunia, Australia ($18 per pack) adalah yang paling mahal, menyusul Selandia Baru ($16.30), Islandia ($12.99), Norwegia ($12.00), dan Bermuda ($11.77). Sedangkan negara-negara dengan harga rokok termurah adalah Nigeria ($0.74 per pack), kemudian Ukraina ($0.99), Kazakhstan ($1.02), Vietnam ($1.06), dan Armenia ($1.14).


Laporan terkini dari Australian Institute of Health and Welfare (AIHW) tahun 2016 menyebutkan, dalam 20 tahun terakhir jumlah perokok di Australia menurun hingga 50 persen. Pihak AIHW membandingkan data perokok dua periode yang berjarak lebih dua dekade yakni 1989-1990 dan 2014-2015. Data perokok berusia 18 tahun ke atas pada periode 1989-1990 adalah 27.4 persen (laki-laki) dan 23.8 persen (perempuan) yang menurun pada periode 2014-2015 menjadi 17.0 persen (laki-laki) dan 12.4 persen (perempuan). 

Harga rokok yang tinggi, pajak tembakau yang dinaikkan, bungkus rokok yang dikemas dengan gambar-gambar seram terkait penyakit akibat merokok, serta pengaturan yang super ketat tempat-tempat di ruang publik yang membebaskan merokok adalah kebijakan-kebijakan penting yang dilakukan Australia.

Merokok di Australia memang harus lihat-lihat tempat. Tidak semua ruang publik boleh merokok. Di halte-halte tram, kereta, dan bis, misalnya, terpasang larangan merokok yang jika dilanggar akan menerima denda hingga $300 (Rp3 juta). Dari mana ketahuan? Jangan khawatir tidak ketahuan kalau melanggar aturan di Australia karena CCTV ada di mana-mana. Pun kalau sudah berada di area yang dibenarkan untuk merokok jangan sampai lengah membuang puntung rokok. Tempat sampah disediakan cukup lengkap di Australia dari sampah makanan, sampah daur ulang, hingga sampah puntung rokok. Jadi jangan buang sembarangan puntung rokok karena denda lumayan besar mengintai antara $75 hingga $200.
Berbagai kebijakan yang telah dilakukan Australia menempatkan negara terbesar di Pasifik tersebut juara dalam memerangi perokok. Angka perokok harian di Australia adalah yang terendah diantara negara-negara OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development). Data statistik kesehatan OECD pada tahun 2014, perokok berusia 15 tahun ke atas di Australia hanya 13.0 persen. Bandingkan dengan Inggris (UK) yang besarnya 19.0 persen, di Kanada 14.0 persen, dan 12.9 persen di Amerika Serikat.

picture Daily Mirror

No comments: