Wednesday, June 10, 2015

Bocor...Bocor...di Australia pun Bocor

sumber: universalrover.wordpress.com
 
Tiga pria dan satu wanita naik ke tram di satu halte. Dari seragam mereka, kemeja putih bergaris hitam dipadu celana/rok hitam, bisa dikenali jika mereka adalah para petugas yarra trams yakni petugas yang mengurusi operasional tram. Seragam lengkapnya selain kemeja putih bergaris-garis hitam adalah rompi dengan tulisan yarra trams di punggungnya. Memang tidak selamanya dengan rompi yang memberi kesan sebagai petugas lapangan, kadang mereka juga menggunakan jas hitam dan bertopi. Namun dari banyak identitas fisik, kartu identitas diri yang tergantung di leher mereka adalah bukti paling otentik bahwa mereka adalah petugas berwenang.
Keempat petugas berseragam yarra trams tersebut bergegas menaiki tram. Tram memang tidak akan berhenti lama bila tidak banyak penumpang yang turun maupun naik. Pintu tram akan segera menutup begitu aktivitas menurunkan dan menaikkan penumpang selesai.
Belum juga para petugas itu mendapatkan posisi berdiri yang mantap, mereka masih berdiri persis di depan pintu, tiba-tiba seorang penumpang yang duduk di belakang saya terburu-buru hendak turun. Seorang wanita muda yang memegang coklat stik menekan tombol stop. Sepintas, dia terkesan terlambat menyadari kalau harus turun. Tetapi tidak demikian kesan yang ditangkap keempat petugas yarra trams. Para petugas tersebut, kemungkinan karena sudah biasa membaca perilaku penumpang yang coba-coba menghindar dari pemeriksaan, tidak tinggal diam. Mereka ikut turun mengikuti wanita muda itu. Dan….
Berjarak lima halte dari halte sebelumnya seorang pria paruh baya yang baru saja menaiki tram mengambil posisi berdiri di dekat tempat duduk saya. Ramah dia menyapa saya, apa kabar hari ini? Dia berkaos kerah dengan jeans biru tua. Tidak beda dengan pakaian para penumpang lainnya. Saya tidak menyangka dia petugas yarra trams sebelum dia mengeluarkan kartu identitas diri dari saku bajunya dan memina kartu myki saya (kartu myki adalah kartu isi ulang yang digunakan ketika berkendara transportasi publik di Melbourne, isi saldo myki minimal 7 dollar yang bisa digunakan seharian). Lelaki paruh baya itu berdua dengan seorang petugas lainnya, seorang wanita. Setelah memeriksa myki saya, keduanya lalu menyisir penumpang-penumpang lainnya dalam tram bergerbong tiga tersebut.
sumber: heraldsun.com.au
 
Seorang penumpang dua kursi di depan saya menunjukkan sikap agak jengkel ketika dimintai kartu myki-nya. Saya tidak tahu apa yang membuatnya jengkel namun para petugas tetap  memeriksa kartu myki-nya. Sebenarnya para petugas yarra trams tentu hanya menjalankan tugas mereka, hanya saja para penumpang boleh saja menyatakan protesnya atas proses pemeriksaan tersebut. Penumpang yang protes biasanya karena terganggu dengan kegiatan pemeriksaan. Boleh jadi si penumpang yang terganggu sehingga protes karena dalam sehari sudah mengalami berkali-kali pemeriksaan. Setiap ganti tram bertemu lagi dan lagi dan lagi dengan petugas….
 
Sembilan bulan terakhir yarra trams memang sibuk melakukan sidak penumpang. Program berlabel on the spot penalty fares untuk menyisir para penumpang “gelap”; penumpang yang coba-coba berkendara secara gratisan atau pun yang sengaja membayar di bawah tarif. Tahap pertama tentu saja merekrut kurang lebih 70 orang petugas baru. Petugas-petugas inilah yang naik-turun di tram-tram, khususnya di jalur gemuk, untuk mengecek kartu myki penumpang. Mereka bekerja dari pagi buta hingga malam hari. Mungkin tidak setiap waktu ada petugas membonceng di sebuah tram, tetapi kehadiran mereka bisa tidak terduga. Mungkin para penumpang tidak disidak di atas tram, tetapi kadang tidak terduga begitu penumpang turun dari tram para petugas itu telah siap mencegatnya.
Program on the spot penalty fares dibuat setelah pihak yarra trams mendapati terdapat kebocoran pemasukan sebesar 60 juta dollar Australia per tahun. Kerugian sebesar itu ditengarai karena terdapat 1 dari 10 penumpang tidak memiliki myki yang valid dan penumpang menggunakan myki bersubsidi yang tidak semestinya (myki bersubsidi hanya diperuntukkan bagi para senior, sebutan para lanjut usia, dan pelajar). Berdasarkan taksiran pihak yarra trams, kebocoran 60 juta dollars Australia setiap tahunnya jika dimaksimalkan setara dengan pembelian terbaru 10 tram atau 12 kereta api atau pun juga 150 bis.
Secara umum on the spot penalty fares bukan hanya bagi penumpang tram tetapi juga penumpang kereta dan bis. Public Transport Victoria (PTV), semacam dinas perhubungan, menyidak para penumpang di semua jenis moda transportasi publik tersebut. Mei tahun lalu pihak PTV menemukan data bahwa besaran penumpang “gelap” hampir sama baik di tram (8.8%), di bis (12.7%), maupun di kereta (6.3%).
sumber: theage.com.au
 
Bagaimana on the spot penalty fares dijalankan? Petugas dari PTV yang dibekali atribut dan kartu identitas resmi akan memberikan denda langsung kepada para penumpang “gelap”. Denda langsung di tempat sebesar 75 dollar Australia yang hanya boleh dilakukan melalui transaksi mesin kartu, tidak menerima uang dalam bentuk tunai. Jika tidak mampu membayar denda di tempat maka boleh membayar di kantor PTV yang besarnya 217 dollar Australia (wah, hampir tiga kali lipat). Sekali waktu saya mendapati ada penumpang yang sepertinya tidak mampu membayar denda di tempat dan penumpang yang duduk di sebelahnya merasa kasihan lalu membayarkan untuknya (pemandangan sosial yang aduhai…).
 
Apa yang dijalankan PTV di atas tentu belum diketahui keberhasilannya dalam menekan tingkat penumpang "gelap". On the spot penalty fares mungkin baru akan dievaluasi pada Agsustus 2015 mendatang atau tepat setahun masa uji coba denda di tempat tersebut. Mungkin juga sekaligus menyampaikan kepada publik bahwa kebocoran 60 juta dollar Australia per tahun telah berkurang atau hilang sama sekali sehingga uang sebesar itu dapat dimaksimalkan untuk terus meningkatkan layanan transportasi publik.
Ketika menuliskan ini, ribuan pertanyaan menumpuk di batin saya: apa kabar kebocoran di negeri tercinta Indonesia? Kebocoran pemasukan parkir, misalnya. Mungkinkah ada sidak untuk parkir dan jukir liar?

Brunswick, 10 Mei 2015

No comments: