Monday, January 27, 2014

Dibalik Kemeriahan 'Australia Day'

Foto: Ahmad Syam

Minggu 26 Januari, langit Melbourne cerah. Matahari bersinar terang. Pagi yang sangat indah dengan cuaca yang bersahabat. Melbourne Forecast memang telah meramalkan bahwa dari pagi hingga malam nanti cuaca akan tetap ramah dengan suhu berkisar antara 16 hingga 29 derajat celsius.

Sepagi ini, sekitar pukul 10.30, ribuan orang sudah memadati Swanston Street. Mereka berdiri di luar pagar pembatas di sepanjang jalan yang menjadi titik nol kilometer Melbourne tersebut. Mereka terdiri dari bermacam warna kulit dan latar belakang budaya. Sebagian besar berpakaian dengan asesoris yang menunjukkan simbol-simbol Australia seperti baju dan topi dengan corak bendera Australia. Sebagian yang lain merias wajahnya dengan warna kuning atau biru; dua warna yang sangat identik dengan Australia. Semua orang terlihat sangat bahagia sambil menanti parade yang tidak lama lagi melintasi jalan tersebut.

Seorang seniman jalanan turut serta dalam kegembiraan. Di antara orang-orang yang lalu-lalang, di satu pojok gedung sang seniman jalanan yang populer di Australia sebagai street artist tersebut nampak khusyuk menekuni satu gambar yang sedang dia buat.Ya, dia sedang menggambar bendera Australia.

Sementara sebagian orang-orang sudah mengambil posisi berdiri yang tepat sehingga dapat menyaksikan parade dengan jelas, sebagian yang lainnya baru tiba. Puluhan orang yang baru tiba tersebut terlihat keluar dari pintu Flinders Station, stasiun kereta api terbesar di Melbourne. Mungkin mereka yang baru tiba tersebut warga yang bermukim agak jauh di pinggiran  Kota Melbourne seperti Footscray atau North Coburg.

Tidak lama, sekitar pukul 11, seusai para peserta parade mengikuti semacam upacara bendera di Melbourne Town Hall barisan parade pun satu per satu melintas di Swanston Street. Mereka bergerak dari Town Hall ke St Kilda Road. Di St Kilda Road peserta parade akan membubarkan diri lalu berbaur dengan warga di Queen Victoria Gardens menikmati sajian hiburan dan makanan.


Foto: Ahmad Syam
Foto: Ahmad Syam


Berdasarkan data penyelenggara Australia Day 2014 di Melbourne, tahun ini sekitar 70 grup dan komunitas berpartisipasi dalam parade. Grup dan komunitas tersebut antara lain: Tibetan Community, Falun Dafa, Lupus-Walk for Cure, Islam Australia, Danish People, Freemasons Victoria, dan banyak lagi. Beragam kostum dengan warna-warna yang menarik sangat kilau di bawah sinar matahari yang sempurna. Begitu pula beraneka alat dan irama musik menyatu dalam tepuk tangan meriah dari warga kota yang terpesona pinggir jalan. Ya, Australia Day atau Hari Australia di Melbourne memang lebih menekankan pada penguatan nilai-nilai multikultural.

Australia Day merupakan hari kebangsaan yang resmi di Negeri Kanguru ini. Penetapan tanggal 26 Januari dihubungkan 11 Armada Pertama dari kapal Inggris yang dipimpin Kapten Arthur Philip pada tahun 1788. Kesebelas armada tersebut tiba di Botani Bay, New South Wales, sebuah tempat yang diklaim telah ditemukan sebelumnya oleh Letnan James Cook pada tahun 1770.

Australia Day yang sejak tahun 1946 peringatannya diseragamkan di seluruh wilayah Australia tidak sepenuhnya diterima oleh sebagian orang-orang Aborigin. Bagi mereka penetapan tanggal 26 Januari 1788 adalah melukai perasaan mereka karena bagi orang Aborigin tanggal tersebut adalah awal dari perampasan tanah mereka. Tanggal 26 Januari dianggap sebagai Invasion Day.

Gelombang protes atas penetapan tanggal 26 Januari hingga kini masih berlangsung. Setiap menjelang Australia Day, selalu terjadi aksi-aksi untuk menunjukkan ketidaksukaan pada penetapan tanggal tersebut. Termasuk yang terjadi dalam seminggu ini di Melbourne di mana Cooks’ Cottage dicoret-coret oleh sekelompok orang. Cooks’ Cottage adalah rumah yang dahulunya milik orangtua James Cook yang dipindahkan dari Inggris ke Australia. Pada tahun 1934 rumah yang dibangun pada tahun 1755 itu resmi berada di Melbourne.


ABC News


Beberapa upaya mencari solusi atas sengketa tanggal penetapan Hari Australia 26 Januari. Sejumlah pihak telah mengajukan tanggal-tanggal alternatif untuk mengurangi polemik yang tidak berkesudahan. Namun, ternyata sulit untuk menentukan tanggal yang pas sebagai Hari Australia.

Terakhir, ketika Kevin Rudd menjabat orang nomor satu dalam pemerintahan Australia, Professor Mick Dodson, seorang pemimpin utama Aborigin dan pernah dinobatkan sebagai ‘Australian of the Year’ mengusulkan agar membuka kembali kemungkinan membicarakan perubahan tanggal tersebut. Namun, pemerintah di bawah kendali Kevin Rudd tidak mengindahkan dan menyatakan dengan tegas bahwa hal tersebut tidak akan dilakukannya.

Untuk urusan penetapan tanggal 26 Januari sebagai Hari Australia sepertinya dua partai besar, Liberal dan Buruh, menunjukkan kekompakan mereka. Jika sikap Rudd di atas mewakili sikap Buruh maka sikap Liberal juga terlihat pada masa pemerintahan John Howard yang pernah menolak perubahan tanggal tersebut.



Foto: Ahmad Syam


Nah, dengan political bargaining kelompok Aborigin yang lemah tentu sangat sulit bagi mereka untuk melakukan perubahan. Dan, untuk selamanya tanggal 26 Januari yang bagi kalangan Aborigin dianggap sebagai ‘Invasion Day’ tetap diperingati sebagai ‘Australia Day.’

Demikianlah, pada setiap tahunnya. Pada setiap tanggal 26 Januari ada parade kegembiraan bagi sebagian besar orang-orang di Australia; ada parade kekecewaan bagi sebagian kecil orang-orang Aborigin. Demikianlah....

Melbourne, 26 Januari 2014
http://luar-negeri.kompasiana.com/2014/01/26/kemeriahan-parade-di-australia-day-629133.html





No comments: